Bisnis.com, JAKARTA - Keluarga harus memperhatikan sejumlah hal penting terkait penderita epilepsi.
Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI) Irawaty Hawari menyatakan penyakit epilepsi tidak hanya berdampak pada penyandangnya itu sendiri tetapi juga terhadap keluarga dan lingkungan sekitarnya.
"Untuk Orang Dengan Epilepsi (ODE), hambatan yang ditakutkan adalah apabila terjadi bangkitan epilepsi mendadak dan berisiko menimbulkan cedera fisik," kata Irawaty di Jakarta, Rabu (23/3/2016).
Hal tersebut dikatakannya dalam seminar media "Yes I Can: Saya Pasti Bisa! Saya Harus Bisa! Dukung Penyandang Epilepsi Agar Dapat Mengenali dan Mengembangkan Potensi Dirinya".
Menurutnya, pihak keluarga harus memperhatikan hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bangkitan.
"Selain minum obat teratur, penyandang juga harus tidur atau istirahat yang cukup, makan teratur, hindari aktivitas yang berlebihan, dan hindari stres psikologis. Untuk jenis epilepsi tertentu, hindari menonton televisi atau berada di depan komputer yang menyala dalam waktu lama," tuturnya.
Sedangkan hambatan sosial yang dihadapi, kata dia, dikucilkan dari lingkungan akibat stigma negatif sehingga menyebabkan anak dikeluarkan dari sekolah, kesulitan mendapat pekerjaan, takut untuk menikah, dan lain-lain.
"Akibat lebih lanjut yang dapat terjadi sebagai konsekuensi masalah psikologis tersebut adalah meningkatnya risiko gangguan cemas, depresi, dan kepercayaan diri yang rendah pada orang penyandang epilepsi," ujarnya.
Pada 2015 lalu, the International Bureau for Epilepsy (IBE) dan the International League Againts Epilepsy (ILAE) mencanangkan Hari Epilepsi Internasional yang diperingati setiap hari Senin kedua di bulan Februari.
Peringatan ini dirayakan oleh lebih dari 120 negara di dunia setiap tahunnya dan bertujuan meningkatkan kepedulian terhadap penyakit epilepsi dan dampak psikosialnya.
Tema Hari Epilepsi pada tahun ini adalah "Kita Pasti Bisa, Kita Harus Bisa!" dan pada tahun ini juga diperkenalkan maskot Hari Epilepsi, yaitu seekor kuda laut bernama "Campi".
Sementara itu, berdasarkan data ILAE, angka kejadian epilepsi saat ini adalah sekitar 60 juta orang di mana di negara berkembang prevalensi epilepsi sekitar 3,5-10,7/1.000 orang dengan insiden rata-rata 24-53/100.000 orang per tahun.