Orang yang tinggal di kota-kota dan daerah lain dengan kualitas udara yang buruk harus mengambil tindakan pencegahan. /Bisnis.com
Health

Waspadalah, Polusi Udara Tingkatkan Risiko Diabetes

Rezza Aji Pratama
Minggu, 3 April 2016 - 00:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Membicarakan masalah diabetes, tentu tidak terlepas dari persoalan asupan gula ke dalam tubuh. Beberapa pihak menyebutkan penyakit ini muncul akibat perubahan gaya hidup seperti terlalu banyak makan dan kurang berolahraga. Maka tak heran bila peningkatan penderita diabetes di negara berkembang jauh lebih tinggi ketimbang di negara maju.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Pusat Pertamina Djoko Maryono mengatakan diabetes merupakan salah satu penyakit paling umum yang diderita oleh masyarakat Indonesia. Dalam 20 tahun terakhir, jelasnya, penderita diabetes di Indonesia meningkat 67%. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penderita diabetes di Amerika Serikat dan Eropa yang masing-masing hanya tumbuh 25% dan 27%.

Namun, penyakit diabetes rupanya tidak hanya dipicu oleh perubahan pola makan semata. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh University of Southern California di Los Angeles Amerika Serikat menunjukkan hal yang mencengangkan.

Paparan polusi udara selama satu atau dua bulan dipercaya bisa meningkatkan risiko diabetes, terutama bagi mereka yang menderita obesitas. Dikutip dari Reuters, para ilmuwan sebenarnya belum memahami bagaimana polusi udara bisa menyebabkan diabetes.

“Ada kemungkinan polusi udara menyebabkan peradangan dalam tubuh yang memicu reaksi berantai sehingga lebih sulit untuk memproses gula darah,” ujar peneliti senior Frank Gilliland. Tidak hanya diabetes, penelitian yang melibatkan 1.000 orang Meksiko-Amerika di California ini juga menengarai dampak polusi udara terhadap kolesterol.

Memang, penelitian sebelumnya juga telah mengonfirmasi polusi udara yang berasal dari lalu lintas memiliki risiko besar terhadap penderita diabetes tipe dua. Hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu lagi membuat atau menggunakan hormon insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi.

Gilliland yang merupakan Direktur Southern California Environmental Health Sciences Center mengatakan penelitian tersebut dilakukan dengan menguji konsentrasi ozon. Polusi yang diteliti adalah yang berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan produk sampingan pembakaran bahan bakar fosil yang berkontribusi terhadap kabut asap.

“Semua polutan ini merusak paru-paru dan beberapa partikel PM 2,5 cukup kecil untuk masuk ke aliran darah, yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke,” paparnya.

PM (particulate matter) atau partikulat adalah suatu istilah untuk partikel padatan maupun cair di udara. PM 2,5 terdiri dari berbagai kombinasi senyawa sulfat, senyawa nitrat, senyawa karbon, amonium, ion hidrogen, senyawa or ganik, logam (Pb, Cd, V, Ni , Cu, Zn, Mn, dan Fe), dan partikel terikat air.

Partikel padat PM2,5 dapat mengendap pada saluran pernapasan daerah bronki dan alveoli.

RESISTENSI INSULIN

Para peneliti juga melihat apa yang dikenal sebagai resistensi insulin atau kegagalan tubuh untuk merespons hormon, yang merupakan ciri khas diabetes. Dibandingkan dengan risiko genetik diabetes, faktor polusi udara ini bahkan berkontribusi lebih besar terhadap kondisi resistensi insulin dan kolesterol tinggi.

Michael Jerrett, Direktur Center for Occupational and Environmental Health di the University of California, Los Angeles, mengatakan temuan tersebut menunjukkan orang yang tinggal di kota-kota dan daerah lain dengan kualitas udara yang buruk harus mengambil tindakan pencegahan. Hal itu bisa dilakukan dengan membatasi aktivitas di luar ruangan selama jam perjalanan puncak untuk menurunkan paparan asap lalu lintas.

Bersepeda di sepanjang jalan raya utama juga harus dihindari. Selain itu, untuk di dalam ruangan, juga disarankan menggunakan filter high-efficiency particulate air (HEPA) untuk AC, yang dapat mencegah seseorang menghirup polutan berbahaya.

Di sisi lain, penderita diabetes tetap harus menjaga pola makan dengan melakukan diet ketat. Menurut Djoko, penderita diabetes disarankan menjalankan tiga kali makan besar dan tiga kali makan kecil dalam sehari.

Adapun jadwal makan kecil yaitu pada pukul 10.00, 17.00, dan pukul 22.00. Makanan yang dikonsumsi harus yang mengandung serat dan berkalori seperti sayur dan buah. Jenis makanannya juga harus yang mengandung karbohidrat alami. Khusus untuk nasi, disarankan memakan nasi merah. Sementara itu, mi instan harus betul-betul dihindari karena bisa membahayakan penderita diabetes.

“Kebutuhan kalori penderita diabetes sekitar 1.500 kalori per hari. Takar-annya rata-rata lima sendok nasi saat sarapan, delapan sendok saat makan siang, dan lima sendok nasi untuk makan malam,” tuturnya ()

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (3/4/2016)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro