Bisnis.com, JAKARTA--Beberapa tahun belakangan, batik semakin menjadi primadona di kancah industri kreatif maupun berbagai ruang presentasi seni di Tanah Air.
Meskipun demikian, tidak ada kata bosan untuk terus mengapresiasi eksplorasi keindahan kerajinan asli Indonesia itu.
Selama ini, sebagian masyarakat hanya mengenal batik sebagai tradisi pelestarian warisan budaya bangsa, melalui teknik menggores motif-motif sarat makna filosofis di atas medium kain dengan menggunakan canting tulis atau cap.
Namun, tidak banyak yang mengetahui soal batik lukis. Teknik membatik yang satu ini memang belum sepopuler tulis atau cap. Padahal, batik lukis kental akan goresan corak dan warna rancak, serta tuangan imajinasi yang liar tapi tetap indah dipandang.
Berawal dari keinginan untuk mengangkat popularitas batik yang kerap dianaktirikan tersebut, tiga seniman dari Komunitas Batik Lukis Jawa Timur menggelar pameran bertajukLiris.
Presentasi yang dihelat di House of Sampoerna sepanjang 29 April-21 Mei tersebut memaparkan karya-karya yang merefleksikan unsur spontanitas dan ekspresi, yang dipadukan dengan rasa dan jiwa dalam sapuan beritme yang cukup menarik untuk diamati.
Adapun, ketiga seniman tersebut a.l. Sigun Batik, Prima Klampis, dan Nusa Amin, yang secara kolektif memamerkan 40 karya yang dilukis langsung di hadapan pengunjung menggunakan kuas dan canting untuk menggoreskan malam panas di atas medium kain putih.
Uniknya, mereka tidak menggunakan sketsa pada awal pembuatan lukisannya. Itulah yang menyebabkan karya-karya mereka tampak lebih ekspresif ketimbang batik tulis maupun batik cap pada konvensional.
Dari segi seleksi palet, ketiganya memilih kelir-kelir yang lebih cerah dan ceria. Proses pewarnaannya dilakukan dengan kuas dan teknik celup, sehingga motif yang dihasilkan lebih hidup dan terlihat segar.
Batik-batik lukis tersebut, bagi para penggemarnya, kerap dimanfaatkan untuk aksesori interior ruangan maupun material sandang yang memberi kesan etnik tapi tetap bercita rasa kekinian, jelas Sigun.
Dia memaparkan keindahan batik lukis terletak pada motif-motif yang dikreasikan dengan sangat unik dan variatif, seperti motif fauna, lanskap, refleksi kehidupan masyarakat Bali, maupun legenda daerah.
Salah satu contohnya adalah buah tangan Nusa Amin, yang mengangkat cerita epikHanoman Obong. Dalam karya batik lukisnya, dia menggambarkan ksatria kera putih bernama Hanoman yang membakar istana Rahwana untuk menyelamatkan Dewi Shinta.
Lain halnya dengan Sigun yang memilih tema keindahan burung merak sebagai perlambang kecantikan dan keabadian. Bentuk gambar mata paa ekor burung merak dianggap sebagai mata ketiga untuk melihat masa depan, juga sebagai penghubung masa kini dan masa lalu, tuturnya.
Upaya Komunitas Batik Lukis Jawa Timur tersebut patut diapresiasi sebagai langkah menambah wawasan masyarakat akan kekayaan ragam batik di Tanah Air, yang tidak melulu digunakan untuk kebutuhan sandang.
Bagi kami, batik adalah media untuk mengekspresikan diri akan kecintaan mereka terhadap nilai-nilai seni, ucap Sigun.