Bisnis.com, JAKARTA - Lebaran identik dengan hari kemenangan. Saat lebaran aneka makanan tersaji. Mulai dari opor, berbagai olahan daging, hingga kue-kue manis yang menggida lidah. Tidak heran jika lebaran juga identik dengan penyakit-penyakit tertentu. Salah satunya adalah hipertensi atau kenaikan tekanan darah.
Hipertensi memang masih menjadi salah satu masalah kesehatan terberat di seluruh dunia. Data World Health Organization menunjukkan pada 2013 tejadi sebanyak 9,4 juta kasus kematian akibat komplikasi hipertensi di seluruh dunia. Adapun di Indonesia, prevalensi hipertensi pada 2013 mencapai 25,8% dari total jumlah penduduk dewasa usia di atas 18 tahun.
Menurut Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rossana Barack, hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam hidup. Artinya, penderita penyakit ini biasanya menjalankan gaya hidup yang tidak sehat. “Terlalu banyak makan yang berlemak dan asin dan jarang berolahraga bisa menjadi pemicunya,” ujarnya.
Rossana menuturkan pascalebaran biasanya keluhan terhadap hipertensi sangat tinggi. Hal ini bahkan juga dilami oleh generasi yang lebih muda. Menurutnya banyak genenasi muda pekerja yang mengabaikan gaya hidup sehat. Mereka misalnya mengonsumsi rokok dan alkohol, kurang makan sayur, jarang berolahraga, dan obesitas. Selain itu, tekanan pekerjaan juga seringkali menambahkan beban pikiran sehingga cepat stres.
Risiko hipertensi saat lebaran semakin tinggi terutama disebabkan oleh pola makan. Makanan yang dikonsumsi saat lebaran biasanya banyak mengandung santan, daging, dan kue-kue manis. Hal ini semakin diperparah jika selama bulan ramadhan tidak rutin melakukan olahraga.
Kendati demikian, bukan berarti makanan semacam itu harus dihindari sama sekali. Rossana menuturkan hal yang paling penting adalah pengaturan porsi dan jadwal makan. Dia mencontohkan, jika sudah mengonsumsi opor ayam pada siang hari, jangan lagi mengonsumsi masakan bersantan tersebut di hari yang sama. “Kasih lah jeda 2-3 hari,” katanya.
Setelah lebaran, Rossana menyarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah secara mandiri. Apalagi sudah memiliki riwayat hipertensi maka pemeriksaan rutin harus terus dilakukan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Saat melakukan pemeriksaan perlu diambil 2 nilai pengukuran. Berikut ini beberapa langkah yang harus dipersiapkan untuk melakukan pemeriksaan secara mandiri:
1. Duduk di suatu tempat yang sunyi, tenang dan santai
2. Istirahatkan lengan anda di atas meja/permukaan setinggi jantung anda
3. Pasang manset ke lengan pergelangan anda sesuai petunjuk yang disertakan dalam perangkat pengukur tekanan darah anda
4. Nyalakan perangkat anda dan catat yang ada
Untuk memilih perangkat yang digunakan, beberapa tips bisa diterapkan. Saat ini beberapa jenis perangkat pengukur tekanan sudah bisa dengan mudah didapatkan di pasaran. Pertama, periksa ukuran manset perangkat untuk memastikan ukuran yang tepat. Kedua, cari perangkat yang sesuai dengan anggaran. Ketiga, layar harus jelas dan mudah dibaca
Adapun saat pengkuran dilakukan, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Tenangkan diri selama sekitar 5 menit sebelum mengukur tekanan
2. Tunggu minimal 2-3 menit sebelum melakukan pengukuran berikutnya
3. Lakungan pengkuran setiap hari pada waktu yang sama
4. Di pagi hari lakukan tekanan pengukuran darah setelah buang air kecil
5. Pengukuran harus dilakukan sebelum sarapan dan mengonsumsi obat
6. Di malam hari pengkuruan harus dilakuka sebelum mengonsumsi makanan, obat, alkohol, dan mandi
7. Ingatlah untuk mencatat hal-hal yang mungkin terjadi sepanjang hari yang dapat memengaruhi pengukuran tekanan darah.