Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa penganan tradisional sudah tidak banyak lagi dijumpai. Padahal, olahan tradisional seringkali dianggap lebih sehat karena tidak menggunakan bahan pengawet kimia. Rasa yang diciptakan dan ketahanan makanan justru diperoleh dari ramuan alami.
Kue sikaporo misalnya. Kue ini merupakan kue tradisional khas Bugis. Dahulu, kue sikaporo hanya disajikan sebagai makanan para bangsawan. Kini, kue sikaporo hanya disajikan pada acara-acara besar saja, misalnya acara seserahan pernikahan adat bugis. Kue ini makin langka karena pembuat aslinya hanya tersisa dua orang.
Penganan berbahan dasar tepung beras ini juga dapat dikatakan kue limited edition. Sebab, mereka hanya membuat 15 loyang setiap harinya. Bagaimanapun banyak permintaan konsumen terhadap penganan ini.
Bisnis berkesempatan merasakan cita rasa kue sikaporo yang dibuat Chef Yeni Ismayani. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program Jajanan Manis Bersama Gulaku yang berlangsung sejak Mei hingga Agustus.
Tim Gulaku menggelar kegiatan gebrak pasar tradisional seperti Pasar Lenteng Agung, Pasar Ciracas, Pasar Embrio, dan Pasar Musi, serta menyasar komunitas perempuan lainnya. Chef Yeni bersama tim mempresentasikan cara membuat beragam penganan tradisional, salah satunya kue sikaporo.
Kue sikaporo memiliki tekstur lembut dan kenyal karena bahan dasar terdiri dari tepung beras, agar-agar hijau dan kuning, kuning telur, serta putih telur. Adapun, cita rasa kue sikaporo merupakan perpaduan manis dan gurih yang agak samar. Cita rasa gurih diperoleh dari penggunakan santan kental, sedangkan manisnya dari gula. Setelah menuang adonan kuning dan hijau secara bergantian, maka adonan dikukus hingga matang.
Kue sikaporo hanya satu dari 25 resep penganan tradisional yang diangkat dalam program Gulaku. Chef Yeni Ismayani menyebut 25 resep ini merupakan penganan tradisional yang namanya belum banyak dikenal masyarakat.
Selain kue sikaporo, tidak banyak yang mengetahui kue eurimoo dari Timika, Papua. Kue eurimoo seringkali disebut juga klepon dari Papua. Sebab, kue ini memiliki bentuk menyerupai klepon, yakni berupa bulatan dan dilapisi kelapa parut sebelum disajikan.
Yang berbeda, klepon yang berasal dari Jawa ini berbahan dasar tepung ketan dengan isian gula Jawa. Adapun, eurimoo berbahan dasar tepung sagu kering, pisang kapok matang, gula pasir, garam, kelapa parut, dan air. Setelah dimasak dalam air mendidih, ditiriskan, dan dibalut dengan kelapa parut yang telah dikukus.
“Rasanya seperti tawar. Semakin ke timur, penganan tradisional semakin simpel. Tidak terlalu manis,” tuturnya.
Beberapa kue tradisional dari provinsi di Indonesia memang memiliki kesamaan dengan provinsi lain dengan nama yang berbeda. Selain eurimoo yang hampir serupa dengan klepon, ada pula kue mata kebo dari Yogyakarta yang memiliki kesamaan dengan mata roda dari Jawa Tengah.
Begitu pula kue lapek bugis dari Sumatera Barat memiliki kesamaan dengan kue bugis dari Betawi. Keduanya berbahan dasar tepung ketan dengan isian unti putih yang terbuat dari kelapa parut dimasak dengan gula, daun pandan, dan air. Di Betawi, kue bugis sering dijadikan hantaran dalam acara pernikahan.
“Ini bagian dari kepedulian Gulaku ikut melestarikan warisan kuliner asal Indonesia agar tidak pudar diterjang serbuan makanan internasional,” imbuh Communication Officer Gulaku, Fiter Cahyono.