Bisnis.com, JAKARTA-Kesuburan pria dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari hormon, faktor psikologis, pola makan, bahkan hingga profesi yang dijalani. Beberapa pekerjaan diketahui memiliki faktor risiko yang besar terhadap infertilitas pria. Apa saja pekerjaan yang dimaksud?
Spesialis okupasi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kasyumi Kamal menuturkan salah satu profesi yang sangat rentan adalah sopir profesional. Pekerjaan ini mengharuskan aktivitas yang menoton dalam jangka waktu lama. Apalagi bagi sopir yang menangani perjalanan jarak jauh, risiko tersebut semakin meningkat.
“Faktor risiko sopir datang berbagai hal seperti kebisingan, getaran, stres, beban fisik pada organ panggul, dan peningkatan suhu pada daerah panggul,” katanya.
Selain sopir, pekerja pabrik yang menangani bahan-bahan kimi tertentu juga rentan mengalami infertilitas. Panas suhu, logam berat, kebisingan, dan bahan kimi dapat menurunkan kualitas sperma dan membahayakan tubuh secara keseluruhan.
Bagi mereka yang bekerja di pabrik, dia menyarankan untuk memisahkan pakaian kerja dengan pakaian sehari-hari. Hal ini perlu dilakukan untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya kontaminasi zat kimia.
Sementara itu, ahli urologi dari RSU Bunda Menteng Sigit Solichin menuturkan selama ini perspektif yang beredar adalah infertilitas disebabkan oleh kaum hawa. Faktanya, 50% kasus kemandulan justru datang dari pria.
“Di dunia saat ini terjadi sekitar 15% kasus infertilitas di mana setengah di antaranya datang dari kaum pria,” katanya.
Pasangan bisa disebut mengalami masalah keseburan ketika dalam 1 tahun telah melakukan hubungan badan secara normal, tetapi belum menunjukkan tanda kehamilan. Jika hal tersebut terjadi, salah satu dari kedua pasangan tersebut kemungkinan besar mengalami masalah. Bagi pria, kesuburan ditandai dengan produksi sperma yang sehat cukup. Selain itu, testis juga harus berfungsi normal dengan kondisi hormone seimbang.
Adapun sejumlag faktor yang menyebabkan ketidaksuburan pria antara lain infeksi saluran kemih, faktor risiko pada testis, sulit ereksi, hingga gangguan antibodi. Hal ini biasanya bisa diatasi dengan terapi maupun operasi perbaikan kualitas sperma.
Sebelum dilakukan tindakan, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan kepada pasangan. Ini dilakukan dengan menelusuri riwayat kesehatan, pemeriksaan organ genital, dan analisis sperma yang dilakukan dua kali.
Agar sukses mendapatkan keturunan, intensitas hubungan suami istri menjadi faktor yang harus diperhatikan. Sigit menuturkan, idealnya aktvitas tersebut dilakukan dua kali seminggu. Jangka waktu ini tepat karena sperma tidak terlalu sering digunakan.
Pasangan juga harus memperhatikan kalender masa subut wanita. Agar cepat sukses, aktivitas hubungan sebaiknya dilakukan pada saat masa subur. Ini bisa dilihat dengan mengetahui jadwal menstruasi istri.