Bisnis.com, JAKARTA-Seiring perkembangan zaman, duniagrooming dan kecantikan tidak lagi didominasi oleh para perempuan. Kaum pria pun semakin sadar akan pentingnya penampilan yang well polished guna menunjang aktivitas sosial mereka.
Dari sanalah lantas tren barbershopkekinian khusus laki-laki meledak di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Barbershopuntuk pria kini dilengkapi dengan berbagai konsep unik, tidak lagi ‘ala kadarnya’ seperti stigma yang melekat pada tukang pangkas pria.
Kalau dulu tukang pangkas rambut pria identik dengan istilah DPR (di bawah pohon rindang) atau Asgar (asli Garut), kini salon untuk pria kekinian banyak dibangun dengan fasilitas menarik dan tata ruang yang artistik.
Salah satu pelaku bisnis barbershopkekinian yang sedang naik daun adalah Satrio Axel, pemilik Axel Barber & Pomade Co. Sejak mendirikan usahanya pada akhir 2013, Satrio telah membuka cabang barbershop-nya di Bogor dan Jambi.
Lantas, bagaimana pandangannya tentang maraknya tren barbershopkekinian di kalangan pria? Bagaimana dia mengelola bisnis tersebut? Berikut penuturan Satrio:
Pada dasarnya apa yang membedakan barbershop kekinian dengan barbershop biasa?
Perbedaan paling mendasar adalah servisnya. Kalau kita lihat, jasa pangkas rambut masih dihargai sekitar Rp10.000—Rp20.000. Memang murah, tetapi mereka tidak mengutamakan pelayanan kepada pelanggan.
Kebanyakan fasilitas yang mereka tawarkan kurang memadai, mulai dari tempat parkirnya, keterampilan hair stylist-nya, peralatannya, lalu pelayanannya apakah mereka menyediakan cuci rambut, apakah produk-produknya baik, apakah peralatannya steril, apakah guntingnya bagus.
Sebaliknya, barbershop lebih mengedepankan servis dan fasilitas. Untuk menjadi barber atau hair stylist-nya saja tidak sembarangan, dan harus memiliki jam terbang tinggi serta pendidikan tata rambut.
Kapan barbershop mulai menjadi tren dan apa pemicunya?
Mulai 2000-an, sebenarnya sudah ada fasilitas barbershop di mall. Namun, kebanyakan dari mereka masih menganut sistem ala pangkas rambut Asgar [asli Garut], meskipun tempatnya sudah nyaman.
Nah, kalau barbershop kekinian lebih mengutamakan pada ilmu yang dimiliki oleh barber atau penata rambutnya. Tidak bisa asal pangkas, sebab model rambut zaman sekarang harus memperhatikan detail dan tekstur ketimbang sekadar mencukur.
Menurut Anda, mengapa pria sekarang sudah tidak gengsi lagi dalam bersolek?
Dewasa ini role model bagi kaum pria adalah gaya klasik. Mulai banyak pesohor yang mengusung gaya klasik, lagu-lagu yang sedang tren juga bertemakan vintage. Itu sangat berpengaruh pada style yang digandrungi generasi muda.
Dari sanalah lantas mulai ada semacam pergerakan dari orang-orang yang ingin terlihat seperti gentlemanpada film-film klasik. Jadi, groomingpun dianggap sebagai bagian dari tren gaya hidup pria. Pomade, wewangian rambut, dan styling adalah contoh tren ini.
Anda sendiri mulai kapan mendirikan barbershop? Bagaimana awalnya?
Saya mendirikan barbershop di Bogor pada akhir 2013. Saat ini saya juga sudah membuka cabang di Jambi. Awalnya, saya memang suka dicukur, tetapi saya selalu merasa kurang pas. Sehingga, saya bercita-cita ingin memiliki barbershop sendiri.
Lalu, saya ikut sekolah penata rambut selama dua bulan agar memiliki bekal sebagai seorang barber sekaligus bisa menjadi manajer bagi barbershop saya. Jadi, setelah buka, saya tidak langsung lepas tangan begitu saja.
Apa ada kriteria khusus dalam merekrut barber?
Iya, saat ini kami memiliki total 8 orangbarber. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah masalah atitude. Percuma memiliki ilmu penataan rambut yang tinggi, kalau sikapnya tidak baik.
Dalam menjalankan bisnis ini, kami mengutamakan pribadi yang bisa bekerjasama di dalam tim. Kalau orang yang atitude-nya tidak baik, dia akan cenderung individualis. Itu akan menimbulkan percekcokan di dalam tim.
Selain itu, kami juga hanya menerimahair stylist yang belum ‘jadi’ alias belum berpengalaman bekerja secara profesional. Jadi, kami sekaligus mengasah kemampuan mereka dari nol. Sebab, prinsip bisnis kami adalah tumbuh dan berkembang bersama-sama.
Siapa segmen pasarnya? Berapa rata-rata pelanggannya dalam sepekan/sebulan?
Segmennya tentu saja semua laki-laki. Kami tidak menggolong-golongkan konsumen berdasarkan usia atau status sosial. Anak kecil, anak muda, hingga bapak-bapak boleh menjadi konsumen kami tanpa kecuali.
Namun, selama ini konsumen untuk cabang Bogor didominasi oleh anak muda, sedangkan cabang di Jambi lebih banyak bapak-bapak atau eksekutif muda, karena lokasinya kebetulan berdekatan dengan areal perkantoran.
Kalau jumlah pengunjung sendiri rata-rata mencapai 1.500 orang/bulan di kedua cabang tersebut.
Apa saja perawatan yang ditawarkan dan berapa harganya?
Perawatan sih simpel saja. Untuk senior cut atau buat segmen bapak-bapak adalah Rp50.000, junior cut Rp40.000, pewarnaan rambut hitam Rp100.000, cukur Rp30.000. Semuanya sudah termasuk styling dan cuci.
Apa kelebihan barbershop Anda dibandingkan yang lain?
Pada prinsipnya, kami menjalankan bisnis untuk berkembang bersama-sama, saling mengedukasi, dan saling mendukung. Karena kami berbeda dengan tukang pangkas Asgar yang menawarkan jasa Rp15.000-an.
Kalau dari segi harga, mengeluarkan uang Rp50.000 untuk pangkas rambut pria memang terlihat mahal. Namun, kami membuktikan dengan pelayanan yang kami berikan. Jadi, dibutuhkan konsistensi dan kerjasama tim yang baik agar konsumen terus percaya.
Berapa rata-rata omzet per bulan?
Untuk cabang di Jambi rata-rata Rp50 juta/bulan, sedangkan di Bogor hanya Rp15 juta/bulan. Di Jambi omzetnya lebih banyak, karena di sana harga sewa tempat lebih murah. Selain itu, kultur orang Jambi juga lebih sering cukur rambut.
Di sana cuacanya cenderung panas, sehingga para pria ketika rambutnya sedikit memanjang, pasti langsung ingin cukur. Sebaliknya, di Bogor yang udaranya relatif sejuk, kebanyakan orang hanya potong rambut pada musim-musim tertentu.
Nah, ketika musim potong rambut sudah tiba, banyak barbershop yang penuh karena tidak bisa melayani banyak permintaan sekaligus. Faktor lainnya adalah bisnis pomade di Bogor belakangan mulai lesu.
Bagaimana cara Anda memenangkan persaingan?
Kami tidak berperang dari segi harga dengan memberikan diskon. Kami menjaga kepercayaan konsumen dengan konsistensi pelayanan yang baik.
Selain itu, dari segi internal, kami mengelola bisnis ini dengan cara yang berbeda. Seperti yang saya sebutkan, kami merekrut stylist yang masih belum berpengalaman dan mendidik mereka dari titik nol.
Ketika kami mengajarkan mereka dari nol hingga akhirnya mereka sukses, para stylist itu akan lebih loyal. Ketimbang merekrut stylist yang sudah pengalaman di mana-mana dan menjadi ‘kutu loncat’ untuk mencaribarbershop lain yang menawarkan gaji lebih tinggi.
Gaya rambut seperti apa yang sedang tren di kalangan konsumen saat ini?
Yang paling populer sekarang adalahclassic cut, seperti dapper style. Lalu, yang juga sedang digandrungi adalah potongan fading yaitu gradasi ketebalan dari bawah hingga atas kepala. Lalu ada juga potonganpompadour yang menggunakan jambul dengan pomade, dan potonganexecutive countour yaitu belahan pinggir rapi yang sisirannya ke arah belakang.
Apa tip grooming pria yang praktis untuk sehari-hari?
Sebenarnya perawatan rambut untuk pria itu sangat mudah dan tidak ribet. Kalau untuk rambut, sekarang sudah ada pomade, tinggal seperti apa penggunaan pomade sesuai yang kita inginkan; apakah heavy hold, medium, atau clay.
Kalau ingin belajar mengenai stylingjuga sekarang mudah sekali, karena semua teknik styling yang mudah sudah bisa dipelajari secara terbuka, misalnya lewat YouTube. Di sana banyak orang yang mengajari teknikstyling untuk pria.
Dari segi bisnis, bagaimana Anda melihat prospek barbershop ini?
Prospek bisnis ke depannya saya rasa akan tetap maju. Namun, jangan berpandangan negatif atau memandang sebelah mata barber atau tukang cukur/pangkas konvensional yang ada di sekitar kita.
Justru, saya rasa bisnis ini bisa semakin maju kalau para pelaku barbershopmampu merangkul dan bekerjasama dengan para tukang pangkas itu untuk maju bersama-sama.