Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat (CDC-AS) menemukan bukti, bahwa virus Zika terus tumbuh di otak bayi sesudah dilahirkan, kata kajian terbitan Selasa (14/12/2016).
Zika dapat bertahan tujuh bulan pada tubuh janin setelah ibu terjangkit virus.
Temuan tersebut mengungkapkan hasil pengamatan awal kajian penyakit itu, yang memperlihatkan virus Zika tumbuh di otak bayi dan plasenta perempuan.
"Hasil pengamatan kami menemukan virus Zika terus menggandakan diri di otak bayi sesudah persalinan selama beberapa bulan, lebih lama dari yang kami bayangkan," kata Julu Bhatnagar, kepala penelitian patologi molekuler bidang Infeksi Penyakit Menular CDC.
Temuan itu membantu menjelaskan, bagaimana virus menyebabkan cacat pada bayi dan keguguran walau yang diderita sang ibu ringan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu mengumumkan virus Zika tidak lagi menyebabkan kondisi darurat di dunia. Namun, WHO menekankan perlunya program jangka panjang untuk menanggulangi virus yang terhubung ke banyak kasus cacat lahir dan komplikasi penyakit saraf.
Peneliti CDC mengamati jaringan tubuh 52 pasien yang diduga terjangkit virus Zika, termasuk bagian otak delapan jasad bayi yang terserang mikrosefali (pembesaran kepala).
Mereka juga memeriksa jaringan plasenta 44 perempuan - 22 di antaranya sempat melahirkan bayi sehat, dan 22 lainnya mengalami keguguran, aborsi, atau melahirkan bayi dengan mikrosefali.
Zika diduga menyebabkan mikrosefali, salah satu jenis cacat bayi, ditunjukkan dengan pembesaran ukuran kepala dan otak. Penyakit itu menyebabkan cacat seumur hidup.
Peneliti menemukan material genetik Zika di jaringan otak janin serta plasenta dapat bertahan selama tujuh bulan setelah ibu terjangkit virus.
Dalam satu kasus, mereka menemukan bukti, virus tumbuh di tubuh bayi dengan mikrosefali dua bulan setelah dilahirkan.
Delapan bayi dengan mikrosefali yang akhirnya tewas terbukti positif mengidap Zika.
Ibu dari bayi itu dilaporkan terjangkit virus pada trimester pertama masa kehamilan.
Temuan itu mengonfirmasi bukti awal yang menunjukkan, virus Zika cukup berbahaya jika menjangkit perempuan di awal kehamilannya.
"Kami belum tahu berapa lama virus dapat bertahan dan dampaknya terhadap bayi yang mengalami mikrosefali, juga ke bayi yang tampak sehat tetapi ibunya mengidap Zika saat kehamilannya," kata seorang peneliti, Bhatnagar.
Hasil penelitian itu telah ditebitkan jurnal "Emerging Infectious Diseases" milik CDC.
Belum ada obat atau vaksin untuk menanggulangi Zika, yang sebelumnya diduga hanya menyebabkan penyakit ringan, demikian Reuters melaporkan.