Bisnis.com, JAKARTA- Saat bepergian ke luar daerah, salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan adalah membeli oleh-oleh. Kebanyakan orang pun langsug terpikir untuk mencari makanan atau kue-kue khas daerah tersebut untuk dijadikan buah tangan.
Siapapun tentunya sudah tidak asing dengan kue-kue khas seperti dodol Garut, bika ambon Medan, bakpia Yogyakarta, lumpia Semarang, lapis Surabaya, klappertaart Manado, dan masih banyak lagi.
Bagaimanapun, belakangan ini muncul tren baru di dunia kuliner daerah. Semakin banyak bermunculan kue-kue jenis baru yang diklaim sebagai jajanan ‘khas’, yang wajib dijadikan oleh-oleh kekinian dari daerah tersebut.
Menariknya, banyak dari kue itu sebenarnya bukanlah makanan tradisional asli dan justru merupakan penganan serapan dengan nama kebarat-baratan yang diadopsi dari resep-resep modern. Hanya saja, kue-kue tersebut dipasarkan dengan embel-embel nama kota tertentu.
Tidak hanya menarik minat konsumen dari berbagai daerah, bisnis kue oleh-oleh ‘khas’ kekinian saat ini juga menggiurkan bagi banyak kalangan; termasuk selebritas. Buktinya, semakin banyak selebritas yang ikut-ikutan tren mendirikan usaha oleh-oleh ‘khas’ kekinian.
Mereka a.l. Irfan Hakim dengan kue bermerek dagang Beklave Makassar, Dude Harlino dengan Jogja Scrummy, Teuku Wisnu dengan Malang Strudel, Zaskia Sungkar dengan Surabaya Snow Cake, dan Irwansyah dengan Medan Napoleon.
Zaskia, misalnya, baru saja membuka gerai oleh-oleh khasnya di Jalan Flores No.15 Surabaya pada 19 Desember 2016. Meskipun bukan orang asli Surabaya, perempuan yang akrab disapa Kia itu membanderol produknya dengan merek Surabaya Snow Cake.
Kia mengikuti jejak suami dan iparnya, yang masing-masing sudah terjun ke bisnis serupa sebelumnya. Irwansyah sudah sukses dengan Medan Napoleon-nya, sedangkan Teuku Wisnu dengan Malang Strudel-nya.
Bagi kakak Shireen Sungkar, merambah bisnis oleh-oleh adalah diversifikasi dari berbagai usaha yang dia tekuni selama ini. Mencantumkan embel-embel nama kota pada produknya juga adalah strategi untuk memenetrasi pasar Surabaya dan sekitarnya.
“[Saya tertarik mendirikan oleh-oleh khas kekinian Surabaya Snow Cake] Karena Surabaya adalah pasar terbesar di Indonesia, kedua setelah Jakarta. Jadi, ini juga tantangan tersendiri bagi saya,” jelasnya.
Selain memberi embel-embel nama kota pada merek dagang sebagai strategi pendekatan ke pasar Kota Pahlawan, Kia juga melengkapi promosinya dengan membuat jargon dengan bahasa daerah yang terdengar ‘Surabaya banget’.
“Iki sing anyar lho rek, oleh-oleh spikoe Surabaya kekinian ben Surabaya makin hits rek!” (Ini yang baru loh, oleh-oleh spiku Surabaya kekinian agar Surabaya semakin gaul)
Kia sendiri tidak begitu saja terjun ke bisnis oleh-oleh khas kekinian. Sebelumnya, dia telah membekali diri dengan mengikuti kursus masak selama tiga bulan di Jakarta Culinary School. Dia juga mengaku hobi memasak dan wisata kuliner.
Terkait ide nama dari Surabaya Snow Cake sendiri, Kia mengaku terinspirasi dari kondisi di Kota Pahlawan. “Hawa di Surabaya kan panas, jadi harapannya dengan membuka Surabaya Snow Cake, hawanya jadi adem seperti bersalju.”
Ide dasar Snow Cake sendiri, lanjutnya, adalah dari kue lapis Surabaya alias spiku. “[Kue ini] Inspirasinya memang dari Kota Surabaya yang terkenal dengan lapis Surabaya. Namun, aku ingin membuat lapis Surabaya menjadi sesuatu yang baru, yang kekinian, dan lebih enak.”
Namun, dia memodifikasinya dengan lapisan puff pastry yang garing dan renyah agar lebih kekinian. Adapun, isian rasa yang ditawarkan a.l. caramel, cheese, choco-banana,vanilla, dan choco green tea. Masing-masing dijual antara Rp55.000—Rp59.000 per boks.
“Harapan saya sih mudah-mudahan ini bisa menjadi tren baru, dicintai oleh masyarakatnya, dan semakin banyak orang yang bisa bergabung dengan kami juga, sehingga kami membuka banyak lapangan kerja baru. Jadi, mohon dukungannya.”