Bisnis.com, LONDON - Kaspar, robot berkemampuan sosial, dikembangkan University of Hertforshire, membantu melatih anak autis.
Setidaknya, dalam 10 tahun terakhir, Kaspar sudah membantu lebih dari 170 anak-anak autis di beberapa sekolah khusus dan rumah sakit. Kemampuan Kaspar beragam, mulai dari menyanyikan lagu, meniru makan, memainkan rebana, menyisir rambut hingga merespon sentuhan dari lawan bicaranya.
Salah satunya Finn anak berusia empat tahun yang bermain bersama Kaspar. "Ya ini baik, saya merasa geli," tutur Kaspar saat Finn menggelitiknya. Namun, jika Finn terlalu kasar, Kaspar pun bisa menangis. " Aduh, ini menyakitiku,".
Dengan begitu, Finn dan anak-anak lain akan memperbaiki perilakunya ketika, lawan bicaranya merasa tidak diperlakukan dengan tepat.
Kerstin Dautehnahn, guru besar kecerdasaan buatan Universitas Hertfordsire mengatakan Kaspar diharapkan dapat lebih banyak membantu banyak orang. Setidaknya menurut National Autistic Society, ada sekitar 700.000 orang di inggris yang memiliki spektrum autisme.
"Visi kami bahwa setiap anak yag ada di rumah, sekolah atau rumah sakit bisa mendapatkan Kaspar, jika mereka ingin," tuturnya (31/3).
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Kaspar terus diuji, khususnya tergantung uji klinis selama dua tahun dengan Hertfordshire NHS Trust Community. Setelah berhasil, Kaspar baru bisa bekerja di rumah sakit nasional.
Sebuah badan independen dan fokus pada bantuan anak autis, TRACKS, telah melihat hasil positif tentang bagaimana robot yang menggunakan topi biru serta kemeja kotak-kotak ini berkontribusi.
Banyak anak dengan autisme merasa sulit untuk menguraikan atau melakukan komunikasi antarpersonal, baik dasar maupun yang melibatkan emosi. Dengan pertimbangan tersebut, Kaspar tidak dibuat untuk benar-benar seperti manusia, karena banyak anak dengan autisme terkesan dengan teknologi.
Direktur National Autistic Society Carol Povey mengatakan banyak orang dengan autis tertarik dengan teknologi tentunya yang dapat menarik perhatian anak untuk terlibat.
"Robot ini menjadi salah satu teknologi yang memiliki potensi besar untuk memberikan perbedaan, khususnya bagi mereka dengan spektrum autisme," ujarnya. (Reuters)