Bisnis.com, JAKARTA -- Kesehatan reproduksi perempuan sangat menentukan kualitas generasi berikutnya. Namun, banyak perempuan cenderung mengabaikan kondisi reproduksinya.
Ada tiga fase yang mesti diperhatikan setiap perempuan terkait dengan kesehatan reproduksinya, yakni meliputi menstruasi, kehamilan, dan menopouse. Menurut WHO, kesehatan reproduksi meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan yang berhubungan dengan reproduksi.
Direktur Utama Bamed Health Care Yassin Yanuar mengatakan edukasi secara konsisten tentang kesehatan reproduksi penting dilakukan. Reproduksi merupakan bagian penting dari kualitas hidup seorang perempuan.
"Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi kesehatan reproduksi terutama terjadi pada tiga fase, yaitu menstruasi, kehamilan, dan menopouse," ujarnya saat acara Sehat Reproduksi Milik Segala Usia, Selasa (25/4/2017).
Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh gangguan fisik sebesar 80%, dismenore sebesar 50%, dan gangguan siklus sebesar 20%-40%. Umumnya seorang perempuan dapat mengalami lebih dari satu faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi.
Faktor fisik dapat disebabkan oleh tumbuhnya jaringan abnormal pada rahim sehingga dapat menyebabkan gangguan menstruasi. Jaringan abnormal tersebut dapat berupa polip, mioma, adenomisis, ataupun keganasan.
Adapun gangguan siklus dapat bermanifestasi sebagai pendarahan yang ireguler atau amenorea atau tidak mengalami menstruasi dalam jangka waktu tertentu. Manifestasi gangguan menstruasi juga dapat berupa perubahan mood bahkan dapat menjadi gangguan depresi berat.
Di samping itu, Dokter Spesialis Kandungan Rully Ayu Nurmalasari mengatakan beberapa wanita kadang kurang disiplin dalam merencanakan kehamilan. Padahal, pada proses perencanaan kehamilan atau prakonsepsi dapat dilakukan identifikasi faktor kebiasaan, kesehatan, sosial, dan lingkungan yang dapat memengaruhi kesuburan dan kehamilan sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai.
"Persiapan sebelum masa kehamilan sangat penting karena periode pembentukan organ pertama terjadi pada usia kehamilan 3-10 minggu, Namun, 30% ibu hamil ternyata baru mulai melakukan kunjungan antenatal di usia kehamilan lebih dari 12 minggu," katanya.
Selain masa kehamilan, penting juga bagi wanita untuk mengetahui tentang menopouse yang akan dialami semua wanita. Kendati demikian, Ni Komang Yeni menegaskan bahwa menopouse bukanlah penyakit, melainkan tahapan fisiologis yang bisa disiasati.
Dia membenarkan bahwa dalam keadaan ini, seorang wanita akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, seperti semburan panas di wajah dan dada, gangguan tidur, berkeringat di malam hari, perubahan mood, sensitif, depresi, cemas, vagina kering, dan gangguan kandung kemih.
"Rata-rata wanita memasuki tahap menopouse di usia 50-52 tahun. Jika seorang wanita mengalami masa berhentinya haid sebelum memasuki usia menopouse yang sesungguhnya, maka keadaan tersebut bisa dikatakan menopouse dini," katanya.
Premature Ovarian Failure (POF) terjadi ketika ovarium atau indung telur dalam keadaan tidak aktif lagi karena suatu hal seperti operasi, terapi kanker, radiasi kemoterapi, atau karena faktor genetik. Terapi yang bisa dilakukan adalah menggunakan hormon pengganti, tetapi banyak persyaratan yang harus ditaati oleh pasien untuk melakukan terapi tersebut.