Bisnis.com, JAKARTA - Umat Islam akan mulai menjalani ibadah puasa Ramadan 1438 Hijriyah/2017 Masehi pada esok hari, Sabtu 27 Mei 2017. Agar tetap menjalankan ibadah puasa dengan baik selama sebulan penuh, memelihara kesehatan merupakan hal prioritas yang perlu mendapat perhatian terutama mencegah penyakit yang bisa mengganggu ibadah puasa.
Salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh orang yang sedang berpuasa adalah penyakit asam lambung atau bahasa medisnya, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) . Jika tidak diantisipasi sedinimungkin, gangguan lambung bisa memicu banyak komplikasi sehingga tidak bisa dianggap remeh.
"Memasuki bulan yang penuh berkah ini, kami ingin meningkatkan kesadaran akan penyakit yang tampaknya biasa ini, namun jika tidak ditangani dengan benar, bisa berakibat fatal. Melalui produk dan berbagai kegiatan kampanye marketing, kami mendukung masyarakat untuk dapat menyiapkan makanan sehat dengan cara yang mudah dan praktis, khususnya saat berpuasa dimana setiap orang harus menjaga stamina agar tetap sehat,” ujar Yongky Sentosa, Head of Personal Health Philips Indonesia, Jumat (26/5/2017).
Gejala khas dari GERD adalah rasa panas di dada seperti terbakar dan ada sesuatu yang balik arah seperti ada yang mengganjal, atau disebut juga sebagai heartburn. Namun, kriteria GERD yang berbeda telah dipublikasikan dari seluruh dunia termasuk di Asia, dengan frekuensi gejala yang berbeda, dari seminggu sekali sampai bahkan setahun sekali. Selain itu, belum ada konsensus yang yang membedakan GERD dari dispepsia.
Heartburn yang berhubungan dengan GERD biasanya dialami setelah makan. Ada juga gejala GERD lainnya termasuk suara serak, radang tenggorokan, batuk kering kronis, terutama pada malam hari. GERD adalah penyebab umum batuk yang tidak dapat dijelaskan.
Tidak jelas bagaimana GERD menyebabkan atau memperparah batuk, atau bagaimana asma dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobatinya dapat memperburuk GERD, menyebabkan peningkatan air liur mendadak, bau mulut, sakit telinga dan nyeri dada.
Dr. dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, konsultan penyakit lambung dan pencernaan dari FKUI/RSCM mengatakan ada sebagian orang yang langsung tidur setelah sahur. Kebiasaan ini dapat menyebabkan asam lambung balik arah kembali ke kerongkongan yang pada akhirnya bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna atas.
Selain itu ada kebiasaan buruk lain yang juga sering dilakukan pada saat Ramadan yakni makan terlalu berlebihan pada saat berbuka, diikuti dengan merokok. "Dengan melakukan ini, anda sebenarnya meningkatkan risiko untuk terjadinya masalah pada lambung seperti dispepsia dan terutama jika anda sudah mempunyai penyakit maag sebelumnya," katanya.
Karena itu, Ari menjelaskan sebaiknya ketika berbuka, makan dengan porsi sedang. Misalnya dimulai dengan makanan ringan dalam porsi kecil, lalu menunggu hingga setelah salat Maghrib sebelum melanjutkan dengan makanan utama setelah salat Mahgrib dan sebelum salat tarawih. Tetapi tetap dengan jumlah yang tidak berlebihan.
"Budaya 'balas dendam' dengan berpikir untuk menggandakan makan siang dan makan malam saat berbuka harus dihindari. Biasakanlah untuk berhenti makan dua jam sebelum tidur agar pencernaan bisa bekerja optimal," ujarnya.
Cara Mengatasi
Menurut Ari, penanganan penderita GERD pada prinsipnya adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui intervensi non-medis atau perubahan gaya hidup atau bila perlu melalui intervensi medis.
Pasien GERD disarankan untuk tidak mengkonsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, dan lebih baik meningkatkan konsumsi buah dan sayuran.
Mereka juga disarankan untuk tidak mengkonsumsi daging dan jeroan pada saat yang bersamaan, dan tidak makan makanan yang terlalu pedas atau asam. Pasien juga harus menghindari tidur dua jam setelah makan, karena bisa menyebabkan refluks asam lambung.
"Pasien GERD harus mengurangi kopi, alkohol dan soda yang akan memperburuk kondisi mereka. Selain itu, menghindari stres dan mengendalikan berat badan hingga mencapai indeks massa tubuh ideal (IMT) juga penting," ujarnya.