Bisnis.com JAKARTA – Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat mengonsumsi antibiotik secara rasional untuk menghindari resistensi antibiotik.
Antimicrobial resistance [AMR] adalah upaya dunia termasuk Indonesia menangani peningkatan resistensi terhadap antibiotik yang mengakibatkan kuman sulit mati.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo mengatakan, kejadian pasien yang mengalami resistensi antibiotik sangat tinggi di dunia. Kendati belum memiliki angka pasti pasien di Indonesia, Untung menegaskan masyarakat dan tenaga kesehatan untuk mengikuti petunjuk medis penggunaan antibiotik.
“Jangan suka makan antibiotik. Kalau pilek tidak harus minum antibiotik. Pasien harus terbukti memerlukan antibiotik, baru diberi. Bukan karena asal ingin pakai saja,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (7/7/2017).
Pemakaian antibiotik ternyata tidak hanya untuk kebutuhan kesehatan, tetapi antibiotik juga banyak ditemukan pada hewan ternak. Di Indonesia penggunaan antibiotik pada hewan ternak bertujuan untuk penggemukan.
Restoran Cepat Saji
Dikutip dari Reuters, di Amerika Serikat, sejumlah restoran cepat saji memasok ayam yang disuntik oleh antibiotik sebagai langkah pencegahan berkembangnya bakteri berbahaya. Beberapa restoran fast food tersebut di antaranya Mc Donald’s, KFC, Wendy’s, dan Chick-fill-A.
Menanggapi hal ini, Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pertanian harus bekerja sama untuk meminimalisir penggunaan antibiotik pada hewan ternak.
“Akhirnya, pembiayaan kesehatan akan meningkat karena antibiotik yang digunakan sudah termasuk high-end [kualitas tinggi] yang mahal harganya. Isu resitensi terhadap antibiotik ini juga akan menjadi bahan diskusi di pertemuan G20,” ujarnya.
Untuk menggalakkan antiresistensi mikroba, Untung menghimbau masyarakat untuk menggunakan antibiotik sesuai anjuran dokter, karena pemakaian yang tidak rasional juga akan mendukung terjadinya resistensi. Selain itu, menghabiskan obat juga perlu agar antibiotik bekerja dengan efektif.