Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan kapasitas dan dukungan pemerintah dalam pencegahan pandemi penyakit yang baru muncul dinilai krusial.
Staf Ahli Menteri Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Bidang SDG Pasca 2015 Ghafur Akbar Dharma Putra mengatakan hal ini penting mengingat sejak 2005, Indonesia menjadi salah satu episentrum penularan Avian Influenza H5NI alias flu burung pada manusia di dunia.
Adapun, jumlah kematian dan kasus pada manusia di Tanah Air lebih banyak dibandingkan dengan negara lain hingga tahun 2014. Ancaman yang masih berlangsung disertai adanya Virus ZIKA dan kemunculan wabah ebola dan MERS-CoV di Afrika dan Timur Tengah menjadi faktor yang menyulut pentingnya penguatan kapasitas.
“Mengarisbawahi pentingnya penguatan kapasitan dan dukungan terhadap pemerintah Indonesia dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kesehatan masyarakat yang baru atau yang muncul kembali, serta yang meluap dari populasi hewan ke manusia,” ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenko PMK, Selasa (18/7/2017).
Pemerintah Indonesia, sambungnya, telah bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) dalam pencegahan, deteksi, dan respons atas penyakit menular yang diwujudkan melalui Program Emerging Pandemic Threat tahap kedua (EPT-2).
Program EPT-2 yang diluncurkan pada Januari 2015 ini disusun berdasarkan pencapaian program sebelumnya dalam bidang surveilans penyakit, pelatihan, kesiapan, serta kesiagaan dalam menghadapi wabah.
Dalam pelaksanaanya, program tersebut melibatkan berbagai kementerian, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pemerintah daerah, badan-badan Internasional – seperti WHO, FAO, DFAT, dan CDC – , serta pemangku kepentingan lainnya.
Sebagai bagian dari upaya untuk memastikan pelaksanaan kegiatan terkoordinasi dengan hasil yang mampu berkontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan pemerintah Indonesia, perlu penyusunan rencana kerja yang melibatkan seluruh pihak.