Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi influenza, termasuk di dalamnya avian influenza atau flu burung telah menimbulkan kekhawatiran global. Virus ini terus bermutasi sehingga menimbulkan semakin besarnya penyebaran antara manusia.
Menurut paparan Kementerian Kesehatan dalam sosialisasi simulasi penanggulangan episenter pandemi influenza pekan lalu, data kematian akibat flu burung cukup tinggi.
Secara global, hingga 15 Juni 2017 mencapai 859 kasus dengan 453 kematian atau sekitar 52%. Sementara khusus untuk virus baru ini telah mencapai 1.557 dengan 605 kematian di China.
Melihat dari sejarahnya, terjadinya mutasi virus influenza melewati masa yang cukup panjang. Influenza pertama ditemukan pada 1918 dengan virus H1N1, H2N2 pada 1857, H3N2 atau influenza Hongkong pada 1968, influenza H1N1pdm009 pada 2009.
Sementara di Indonesia, virus H5N1 ditemukan pertama pada 2003 dengan angka kematian mencapai 167 orang dari 199 kasus. Penyebaran flu burung di Indonesia bisa dkatakan sudah cukup merata, hampir di seluruh provinsi.
Belum selesai dengan ini, negara dihadapkan dengan influenza jenis baru, influenza H7N9.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Wiendra Woworuntu mengatakan belum ada kasus H7N9 di Indonesia. Namun, jalur terbang burung liar dari China yang melintas di Indonesia maupun perdagangan unggas dari China ke Indonesia juga menimbulkan risiko masuknya H7N9.
“Manusia tertular dari binatang. Kalau hewan sehat, tentu penyakit tidak akan ada pada manusia. Namun, kalau itu terjadi mutasi atau penularan dari manusia ke manusia maka disebut pandemi dan itu parahnya,” ujarnya.
Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), Avian influenza A(H7N9) pertama kali ditemukan pada 2013 di China. Sejak saat itu, dunia mulai khawatir karena jenis flu ini membuat penderita sakit serius. Hingga saat ini, sekitar 1.557 kasus di China berujung pada 605 kematian. Data ini didapat pada 25 Juli 2017.
Namun, hingga kini belum ada pembuktian virus baru H7N9 membuat pasien sakit lebih parah dibanding dengan viru H5N1.
Kendati kasus penularan dari manusia ke manusia jarang ditemukan, jika beradaptasi atau mendapatkan gen tertentu dari virus manusia, virus ini bisa memicu pandemi. Semakin panjang peredaran virus ini, virus flu burung berpotensi untuk bermutasi sehingga kemungkinan dapat ditularkan antara manusia menjadi lebih tinggi.