Benny Pandjaitan/youtube
Musik

Benny Pandjaitan (Panbers) Meninggal: Semua Telah Pergi Dari Sisiku…

Martin Sihombing
Selasa, 24 Oktober 2017 - 15:12
Bagikan

Dimana kan ku cari pelipur lara

Semua telah pergi dari sisiku

Oh sedih…

Itu adalah sepenggal lirik dari lagu berjudul Pelipur Lara yang dinyanyikan oleh dedengkot Panbers --Pandjaitan Bersaudara-- Benny Panjaitan, anak dari J.M.M. Pandjaitan, S.H, (Alm) dengan Bosani S.O. Sitompul. Lirik lagu itu, hari ini, Selasa (24/10/2017) terasa kontekstual. Ya…Semua telah pergi dari sisiku…

Porbenget Mimbar Mual Hamonangan Pandjaitan, yang kemudian dikenal dengan nama Benny Pandjaitan, pria kelahiran 14 September 1948 di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara,  telah pergi menghadap Sang Khalik. Oh Sedih…

Putra kedua dari J.M.M Pandjaitan ini, menghembuskan nafas terakhirnya setelah  sejak 2010 terkena serangan stroker hingga membuat sebagian tubuhnya sukar digerakkan.  Bahkan, Benny --yang pernah berlatih bermain biola selama 10 tahun dengan berguru pada seorang Jerman--dua kali terserang stroke, Benny terpaksa harus terus duduk di kursi roda.

Hasil gambar untuk Benny Panjaitan
Hasil gambar untuk Benny Panjaitan

Benny Pandjaitan meninggal dunia  di rumahnya di kawasan Ciledug, Kota Tangerang, Banten dalam usia 70 tahun akibat sakit stroke.  Dua  hari sebelum kematiannya, Benny Panjaitan sempat  dikabarkan meninggal dunia. Akan tetapi kabar tersebut langsung disangkal oleh pihak keluarga Benny.

Benny telah menuntaskan perjalanan musiknya bersama abang dan kedua adiknya.  Dalam buku ‘Maestro’, Kisah Perjalanan Karier Musik Group Musik Panbers, Adolf Panjaitan, pada 2007, diungkapkan, Panbers adalah grup musik yang terdiri dari empat bersaudara.  Si sulung Hans Pandjaitan dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada  24 Januari 1946, Porbenget Mimbar Mual Hamonangan Pandjaitan (Benny Panjaitan) dilahirkan 14 September 1948 di Tarutung, Tapanuli Utara, Sumatra Utara, Porbulus Domo Pangidoan Pandjaitan (Doan Panjaitan) dilahirkan 15 Juli 1950 di Sibolga, Tapanuli Tengah Sumatra Utara, dan Asido Rohana Pandjaitan (Asido Panjaitan)) dilahirkan di Jakarta, 1 Februari 1951. Mereka juga memiliki seorang saudara perempuan yang bernama Natasya Panjaitan, adiknya Sido (wafat  1973 usia 16 tahun karena sakit demam berdarah).

Kepergian Benny, jelas meninggalkan duka dan kesan mendalam bagi pecinta musik di era 1970-an. Grup band yang mengawali karir di blantika musik Indonesia pada 1970 di Istora Senayan (Gelora  Bung Karno) Jakarta pada acara Jambore Band, melahirkan dan meninggalkan banyak lagu-lagu yang liriknya abadi dan melankolis.

Sejak album piringan hitam vol I mereka dengan judul “Kami Cinta Perdamaian” yang bersejarah itu meluncur ke pasar, Panbers yang dimotori oleh Benny Pandjaitan banyak menelurkan album. Sebutlah beberapa lagu yang masih populer hingga kini: Awal Dari Cinta, Cinta dan Permata, Gereja Tua, Terlambat Sudah,

Masih mengutip dari buku  ‘Maestro’, Kisah Perjalanan Karier Musik Group Musik Panbers, Adolf Panjaitan, pada 2007,  1971 adalah titik pijak awal Benny dan Panbers sukses di industri musik Indonesia. Setelah membeli seperangkat alat musik milik Dara Puspita, Panbers yang baru tiba dari konsernya di Jerman dengan memboyong alat musik bermerek ‘Marchell’,  Benny langsung tertarik membelinya dengan harga semuanya Rp 10 juta,  nilai yang sangat besar saat itu,  Panbers tayang di TVRI. Melengkinglah lagu-lagu orisinil karya mereka sendiri seperti Bye Bye, Jakarta City Sound, Akhir Cinta, Hanya Semusim Bunga dan Hanya Padamu.

Keberhasilan performance mereka di televisi rupanya menarik perhatian seorang manajer perusahaan piringan hitam Dimita Molding Industries berdarah Minangkabau bernama Dick Tamimi. Dick Tamimi yang merupakan bekas pilot lalu merekrut mereka untuk bernaung di bawah perusahaan Dimita masuk ke dunia rekaman.

Dia jugalah yang mengangkat band Koes Bersaudara, Dara Puspita, dan Rasela sebelumnya.  Mereka diberi kepercayaan untuk mangabadikan lagu-lagu mereka ke dalam bentuk piringan hitam ebonite. Saat itu pula muncullah hit mereka yang abadi, Akhir Cinta yang selalu terpatri di hati penggemar blantika musik Indonesia. Satu tahapan kesuksesan mereka terenggut lewat long play ke-49 produksi PT. Dimita yang bersejarah itu pada 1971.

Panbers pun mengungkapkan kecintaannya kepada Indonesia lewat lagu.  Judulnya My Lovely Country…  Indonesia Oh i love you so wellWherever i go andWhenever i would beThe country belongsTo me and to youTo his to herto every Indonesian…

Panbers mulai meredup sejak wafatnya abang tertua mereka Hans Pandjaitan pada 12 Maret 1995 dalam usia 49 tahun akibat penyakit jantung yang sudah lama menggerogoti tubuhnya. Disusul pada Oktober 2010, Panbers kembali ditinggalkan salah satu personelnya untuk selama-lamanya. Doan Pandjaitan, bassist dan keyboardist, meninggal dunia pada  30 Oktober 2010 di Rumah sakit Budi Asih Jakarta Timur karena sakit komplikasi dan gagal ginjal yang dideritanya.

Kini hanya bayanganmu
Melintas di mataku
Hanyalah wajahmu
Tak kulupa seumur hidupku

Oo sedih
Hatiku sedih
Karena takkan kembali
Karena, takkan kembali

Ya...dan  seperti kata di lirik lagumu:  Tinggalah hanya kenangan di dalam hati …Oh sedih.

Penulis : Martin Sihombing
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro