Lukisan karya Genevieve Couteau/Couteau
Show

Mengintip Cara Pandang Genevieve Couteau Tentang Bali dan Laos

Ilman A. Sudarwan
Kamis, 25 Januari 2018 - 00:56
Bagikan

Bisnis.com,  JAKARTA - Pameran "Genevieve Couteau: The Orient and Beyond"  di Galeri Nasional Jakarta resmi dibuka untuk publik pada Rabu (24/1/2018). Pameran yang akan berlangsung sampai 14 Februari 2018 ini menampilkan sebanyak 70 karya seni karya perupa Genevieve Couteau.

Pameran ini dikuratori oleh anak dari mendiang Genevieve yakni Jean Couteau. Dia bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Prancis di Indonesia (IFI) Jakarta untuk mendatangkan karya mendiang ibunya dari Prancis. Karya yang dipamerkan ini merupakan koleksi pribadi dari Jean Marrie yang mendapat mandat untuk menerima warisan karya Couteau selepas dia meninggal pada 2013.

Karya-karya yang dipamerkan bertarikh 950-1970-an, dihasilkan dari perjalanan Couteau berkeliling ke Lasos dan Bali. Para pencinta seni akan menikmati beragam karya seni dengan teknik berbeda dari mulai menggunakan pensil, cat minyak, sampai krayon. Medium yang digunakan juga cukup beragam, dari mulai papan kayu sampai kanvas.

Salah satu karya masterpiece dari mendiang Couteau yang dipamerkan adalah Prayers at Van Kaognot (cat minyak di atas kanvas, 110x130cm). Karya ini dilahirkan dari perjalanannya ke Laos pada 1968. Lukisan ini menggambarkan kehidupan religius biksu di sana.

"Dia mendapat kesempatan pergi ke Laos setelah bertemu dengan Perdana Menteri Laos pada waktu itu,  itu di periode yang sama dengan perang vietnam terjadi. Ibu saya diundang untuk datang ke Laos dan melukiskan sebisanya tentang masyarakat laos sebagai masyarakat yg damai," katanya Rabu (24/2/2018).

Sebelum datang ke Laos, Couteau menuturkan bahwa ibunya sebenarnya sudah beberapa kali datang ke Indonesia, tepatnya pada 1958 dan 1972, namun tidak pernah tinggal dalam waktu yang cukup lama. Barulah pada 1975 ibunya tinggal di Bali untuk waktu yang cukup lama. Karya-karyanya soal bali yang dipamerkan dilahirkan dari kunjungannya selama sekitar 5 bulan waktu itu.

Jean menjelaskan pameran ini dibagi ke dalam tiga garis besar karya ibunya. Garis besar pertama adalah karya figuratif, karya imajiner yang cenderung surealis, karya potret wajah, dan karya yang menggunakan warna-warna pastel.

Tak seperti perupa barat pada umumnya yang datang ke Asia Tenggara, Couteau tidak membuat karya figuratif yang bersifat deskriptif atau eksploitasi tubuh, terutama saat menggambarkan perempuan.

"Ibu saya tidak menggambarkan perempuan dengan cara rasisme seksual seperti perupa barat lain yang datang ke Indonesia," katanya.

Karakter ibunya yang bersifat lembut juga tercermin dari penggunaan warna pada karya-karya tersebut. Warna yang digunakan lebih banyak berupa warna pastel yang terasa lembut dan tidak mencolok. "Ibu saya tidak pernah marah-marah, mungkin itu kenapa pemilihan warnaya seperti ini," tambahnya.

Couteau mengatakan, dalam pameran ini pencinta seni juga akan melihat bagaimana perubahan gaya menggambar dan melukis ibunya. Selama ini diakui Couteau, Ibunya kerap berganti-ganti gaya menggambar, dari mulai menggunakan garis-garis yang tegas sampai bentuk figuratif samar yang cenderung bersifat surealis.

Pengunjung dapat melihat secara lengkap perubahan gaya Couteau dalam arsip yang dipamerkan. Di sana, para pencinta seni bisa melihat bagaimana perubahan gaya berkaryanya ketika masih tinggal di Italia, Yunani, sampai ke Bali.

"Saya tidak tahu persis kenapa alasannya dia mengubah gayanya, namuan yang saya pahami di sini dia ingin selalu mencoba sesuatu gaya yang baru dalam berkarya. Beradaptasi dengan perkembangan," kata Jean Couteau.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro