Bisnis.com, JAKARTA - Saat anak sudah beranjak remaja dan dewasa, salah satu hal penting yang harus dilakukan orang tua adalah meningkatkan kontinuitas dan kualitas interaksi sekaligus menganggapnya sebagai seorang sahabat karib, bukan bawahan.
Feka Angge, Psikolog di Klinik Anakku, Kelapa Gading, Jakarta, menuturkan upaya berinteraksi dengan anak bisa dilakukan dengan bertanya tentang berbagai hal yang sedang berkembang di luar. Kalau anak tidak bertanya, orang tua bisa mendahului bertanya dan meminta tanggapannya.
"Ini menjadi salah satu momentum yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan pemahaman yang baik karena saat itu orang tua bisa memaparkan tanggapannya juga," ujar Feka Angge, belum lama ini.
Dengan begitu interaksi tersebut dapat menghasilkan nilai-nilai yang dianggap tepat oleh orang tua. "Apa jadinya bila anak lebih mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain dibandingkan dengan orang tuanya sendiri?"
Orang tua dengan anaknya, kata dia, membutuhkan waktu untuk berinteraksi secara langsung dan tidak punya batasan waktu, berapa lama atau berapa kali setiap hari, karena akan lebih baik jika sesering mungkin. Mulai dari topik-topik yang sederhana, tegur sapa atau ucapan-ucapan selamat.
Kalaupun interaksi sulit dilakukan secara langsung, komunikasi tetap harus dilakukan dengan sarana perantara, misalnya telepon seluler. Seperti menggunakan pesan singkat untuk menanyakan hal-hal yang sederhana, seperti sudah makan atau belum dan sebagainya.
Sering kali orang tua mengeluh mengapa anaknya tidak memberitahukannya tentang suatu hal yang penting dan malah kepada orang lain disampaikan oleh si anak. Atau orang tua tidak mengetahui apa yang dilakukan anaknya di sekolah. Kualitas interaksi di atas dapat meniadakan keluhan-keluhan tersebut.
Selain itu, orang tua juga perlu menonjolkan perasaannya saat berbicara kepada anak. Contohnya, "Kenapa kamu waktu melewati mama, enggak negur? Kalau kamu begitu, mama bisa sedih lho."