Bisnis.com, DENPASAR—Seni lukis gaya Batuan yang telah berusia lebih dari 180 tahun hingga kini masih tumbuh dan berkembang karena setiap generasi lahir pelukis-pelukis siap yang melanjutkan kreativitas para pendahulunya.
Pengajar ISI Denpasar yang juga kurator Wayan Kun Adanyana mengatakan pada era 1980-an dikenal di antaranya Wayan Bendi, Made Budi, Ketut Murtika dan dari Sanggar Baturulangun yang menjaga keajekan tongkat estafet seni lukis gaya Batuan, Gianyar, Bali.
“Inilah yang menjadikan seni lukis Batuan selalu lahir, tumbuh dan berkembang dalam evolusi yang terjaga. Evolusi tersebut dilandasi modalitas budaya, visi kesenimanan, dan capaian genial,” katanya dalam pameran seni lukis ‘Endih Baturan’, Senin (9/7/2018).
Baca Juga Bank Mandiri Tuai Berkah Promo Bunga KPR |
---|
Pameran ‘Endih Baturan’ dimaksudkan unuk membaca dan memaknai kedalaman seni lukis Batuan yang menampilkan karya 36 seniman. Katalog pameran ini akan diluncurkan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dna Kebudayaan Hilmar Farid, Selasa (10/7/2018). Pameran yang digelar di arena Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-40 ini berlangsung hingga 21 Juli mendatang.
Kata “endih” mengacu kepada nyala, api, cahaya, aura. Endih seringkali dikaitkan dengan perwujudan leak, ilmu mistik dari Bali. Biasanya, orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan, sastra, ataupun kesenian, akan memancarkan endih (aura) yang kuat dari batinnya.
Dalam konteks pameran ini, ‘Endih Baturan’ bermakna ‘Cahaya dari Baturan”, mengacu kepada kedalaman, kekuatan, dan keunikan seni lukis gaya Batuan. Kata ‘Baturan’ sendiri mengacu kepada nama lain Desa Batuan pada masa pemerintahan Raja Marakata dari Dinasti Warmadewa (Prasasti Batuan, 1022 M).
Menurut Kun seni lukis gaya Batuan mampu bertahan dan berkembang karena adanya sistem pewarisan pengetahuan dan keterampilan melukis dari generasi ke generasi. Teknik melukis gaya Batuan sangat rumit, mengandalkan keterampilan, kesabaran, dan ketekunan sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya.
Kurator Wayan Jengki Sunarta menambahkan di tengah gempuran modernisasi yang melanda Desa Batuan, pameran ini membuktikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam seni lukis gaya Batuan telah diwariskan secara masif kepada generasi baru melalui program pelatihan melukis bekerjasama dengan beberapa sekolah di Desa Batuan.
“Upaya-upaya pelestarian dan pengembangan ini sangat memungkinkan untuk menjadikan seni lukis gaya Batuan sebagai warisan budaya tak benda, dengan demikian, api spirit penciptaan senantiasa menyala dari generasi ke generasi,” katanya.
Para pelukis yang berpameran adalah I Made Tubuh, I Ketut Murtika, Dewa Made Virayuga, Ida BagusPutu Padma, I Dewa Nyoman Martana, I Dewa Nyoman Sudiana, I Gede Widyantara, I Gusti Ngurah Muryasa, I Ketut Balik Parwata, I Ketut Kenur, I Ketut Reta, I KetutWirtawan, I Made Adi Sumarjaya Putra, dan I Made Griyawan.
Selain itu ada Made Karyana, I Made Nyana, I Made Renanta, I Made Sujendra, I Nyoman Marcono, I Nyoman Nurbawa, I Nyoman Selamet, I Nyoman Sudirga, I Nyoman Toyo, I Wayan Aris Sarmanta, I Wayan Budiarta, I Wayan Dana Wirawan, I Wayan Diana, I Wayan EkaMahardika Suamba, I Wayan Malik, I Wayan Naka, I WayanWarsika,Ketut Jaman Suarnawa, I Ketut Sadia, Nyoman Kastawa, Pande Made Martin.