Bisnis.com, JAKARTA - Ratna Sarumpaet akhirnya mengakui bahwa dirinya menciptakan kebohongan terkait kasus penganiayaan yang dialaminya.
Pengakuan tersebut disampaikan Ratna dalam konferensi pers, Rabu (3/10/2018) siang, di Jakarta.
Sebelum Ratna Sarumpaet menyampaikan pengakuannya, Bisnis.com sempat meminta tanggapan guru besar psikologi Universitas Gadjah Mada Noor Rochman Hadjam.
Pakar psikologi klinis UGM ini mengaku tidak terlalu mengikuti berita soal Ratna Sarumpaet. Ia hanya membaca dari berita di media massa.
Meski begitu, saat ditanya kemungkinan seseorang terpengaruh oleh kegiatannya sehari-hari, Noor Rochman mengiyakannya.
“Ya bisa aja, untuk yang bekerja di rumah sakit jiwa misalnya, bisa aja terlihat seperti orang gila. Terjadi karena kebiasaan, kalau orang yang sering main akting, bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari,” ujarnya, Rabu (3/10/2018).
Meski demikian, ia menuturkan masih perlu ada penelitian lebih lanjut terkait fenomena tersebut.
Terkait kecenderungan seseorang mencari perhatian untuk mendapatkan suatu keuntungan, Noor Rachman menyatakan biasanya hal itu tidak sampai terjadi.
“Biasanya tidak sampai segitu, karena dia seorang yang dulunya terkenal. Itu bisa aja, tapi kalau itu [yang dia lakukan sekarang] tidak ada gunanya,” ucap Noor Rachman.
Drama soal penganiayaan Ratna Sarumpaet akhirnya berakhir dengan pengakuan yang bersangkutan.
Ratna Sarumpaet menyampaikan permintaan maaf kepada Prabowo Subianto, Amien Rais, dan seluruh partai politik koalisi pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga Uno atas kebohongan yang diciptakannya.
Aktivis HAM itu mengakui dirinya telah berbohong dan menyebarkan berita palsu atau hoax mengenai penganiayaan terhadap dirinya beberapa hari lalu di Bandara Husein Sastranegara Bandung.
Menurut Ratna, dirinya bukan dipukuli sehingga wajahnya babak belur, melainkan tengah melakukan sedot lemak.