Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 6 bulan yang lalu Zee Zee Shahab (30) melahirkan anak ke-2 nya, tetapi Maret mendatang dia akan mengikuti ajang lomba lari maraton di luar negeri.
Kondisinya sebagai ibu yang sedang menyusui rupanya tidak menyurutkan semangatnya untuk berlari di lintasan lari maraton berjarak 42,195 km itu.
Sama halnya seperti Sahila Hisyam (26) dan Soraya Larasati (32) sama sekali tidak familiar dengan olahraga lari sebelumnya, tetapi akhirnya tertarik untuk mengikuti lari maraton.
Bersama Alya Rohali (42), keempat perempuan tersebut akan berjuang dalam lomba lari maraton internasional di Tokyo Marathon 2019 dan Seoul International Marathon.
“Tadinya saya sama sekali tidak bisa ikut olahraga lari, tetapi setelah didukung suami untuk terus mencoba dan ternyata ada kesempatan untuk mengikuti maraton, saya ingin berusaha,” kata Zee Zee.
Dia bersama ketiga rekannya mengikuti program latihan untuk maraton bersama Pocari Sweat Sport Science.
Menurut pelatih Pelatnas cabang atletik Agung Mulyawan, terdapat perbedaan proses latihan lari pada perempuan dan laki-laki. Perempuan umumnya memiliki komposisi otot yang berbeda yang mempengaruhi intensitas dalam latihan.
Perkembangan latihan juga berbeda, menurut Agung pria biasanya lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.
Perbedaan lain terdapat pada tingkat sensitivitas juga. Agung mengatakan perempuan cenderung lebih sensitif ketika latihan. Apalagi perempuan juga mengalami menstruasi yang menyebabkan kondisi fisiknya tidak seprima hari biasa.
“Seperti Zee Zee misalnya dalam masa menyusui, perlu diperhatikan lebih mengenai asupan nutrisi yang dikonsumsinya selama latihan,” kata Agung.
Umumnya, aktivitas harian perempuan dan laki-laki juga tidak sama. Perempuan yang bukan atlet biasanya memiliki aktivitas yang jauh lebih padat dari pada latihan seperti bekerja, mengurus rumah tangga, dan aktivitas lainnya.
Itulah sebabnya perlu dilakukan assesment sebelum menciptakan program latihan untuk masing-masing individu, apalagi mereka bukan atlet.
Perempuan-perempuan yang akan mengikuti lomba maraton ajang internasional ini dipersiapkan selama 20 minggu sebelum kompetisi dimulai. Menurut Agung untuk lari maraton memang membutuhkan persiapan yang panjang, minimal 16 minggu.
Untuk mencapai target yang maksimal dia menganjurkan agar setiap orang yang berniat untuk mengikuti lari maraton sebaiknya memiliki program latihan yang dipandu dan diperhatikan oleh pelatih.
Alya Rohali, telah menjajal dunia olahraga maraton sejak lama. Ajang lari maraton bulan depan akan menjadi kompetisi ke-4 yang diikutinya.
Dia mengatakan bahwa dalam mengikuti lari maraton banyak sekali komponen yang harus diperhatikan.
“Tetapi, mengikuti program latihan dengan dukungan lengkap dari segi nutrisi, fisioterapi, bahkan psikologi belum pernah saya lakukan sebelumnya,” katanya.
Alya berharap dengan latihan yang terprogram dari Pocari Sweat Sport Science, pencapaian dan targetnya pada saat kompetisi lari akan tercapai.
Dia mengaku pada maraton sebelumnya membuat tubuhnya lelah berkepanjangan. Dengan program latihan rutin ini, dia berharap tak akan menemui masalah serupa.
Sebagai perempuan yang mengenakan kerudung, Alya menyarankan agar pelari menggunakan pakaian yang pas dipakai untuk lari.
“Pada awalnya sangat kesulitan mengenakan hijab ketika lari jarak jauh, namun sekarang sudah menemukan pakaian olahraga dengan hijab yang tepat,” katanya.
Dia menegaskan bahwa hijab bukanlah penghalang bagi perempuan untuk tetap aktif dan berolahraga.