Bisnis.com, JAKARTA - Bukan saja katarak, ancaman penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen adalah glaukoma.
Sayangnya, tidak seperti kesadaran akan bahaya katarak, masyarakat belum paham betul soal penyakit mata yang menyerang serabut saraf mata ini.
Menurut dokter spesialis mata Emma Rusmayani dari Jakarta Eye Center (JEC) di Jakarta, glaukoma pada umumnya terjadi karena peningkatan tekanan bola mata, sehingga saluran cairan pada bola mata terganggu.
“Glaukoma itu adalah kerusakan saraf mata yang ditandai dengan gangguan lapang pandang yang khas,” kata Emma.
Hal ini berkaitan dengan kemampuan luas pandang mata. Emma mencontohkan pada mata normal, umumnya orang dapat melihat bagian kanan dan kiri objek tertentu sekalipun dia sedang menghadap ke depan.
Akan tetapi, pada mata yang mengalami glaukoma, seseorang tidak mampu memiliki luas pandang yang normal. Hal ini membuat luas pandangnya menjadi sangat terbatas, dan makin lama dapat makin kecil hingga tidak melihat sama sekali.
Siapa saja yang rentan mengalami glaukoma? Emma mengatakan bahwa faktor risiko yang besar terdapat pada mereka yang memiliki riwayat anggota keluarga penderita glaukoma, penderita mata minus tinggi dan plus tinggi, penggunaan obat stereoid, dan trauma mata.
“Sebagian lagi penderita diabetes melitus dan hipertensi juga memiliki kemungkinan, tetapi tidak selalu,” kata Emma.
Sayangnya, glaukoma ini tidak bergejala. Orang baru datang ke rumah sakit setelah luas penglihatannya berkurang banyak. Bahkan menurut Emma, pasien baru datang ke dokter mata setelah hampir buta.
Untuk mendeteksi glaukoma memang harus dilakukan pemeriksaan langsung ke dokter.
“Tekanan mata normal adalah 10-21mm Hg, lebih dari itu pasti berefek pada mata,” katanya menambahkan.
Secara garis besar, glaukoma dibagi menjadi dua bagian yakni glaukoma primer dan glaukoma sekunder. Glaukoma primer selalu terjadi tanpa penyebab pasti mengapa peningkatan tekanan bola mata terjadi.
Dugaannya adalah faktor genetik sangat berperan dalam kejadian glaukoma primer. Jenis ini terbagi menjadi glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup.
Jadi apabila salah satu orang tua mengalami glaukoma, anak-anaknya berisiko dua kali untuk mengalami glaukoma juga. Apabila saudara kandung mengalami glaukoma, risiko seseorang mengalami penyakit yang sama adalah 4 kali lipat.
“Apabila kita memiliki riwayat keluarga seperti ini, sebaiknya rutin cek tekanan bola mata setidaknya setahun sekali,” saran Emma.
Glaukoma sekunder tidak terlalu tinggi angka kejadiannya, namun tetap perlu diwaspadai. Jenis glaukoma ini terjadi gara-gara diabetes, infeksi, katarak yang terlalu matang, dan sebagainya.
“Paling berbahaya adalah glaukoma yang peningkatan tekanan bola matanya terjadi secara perlahan, kadang-kadang baru ketahuan ketika pemeriksaan kesehatan,” kata Emma.