Bisnis.com, JAKARTA— Penerimaan masyarakat mengenai rokok memang beragam. Walau telah banyak imbauan agar berhenti merokok, buktinya rokok tetap laku di pasaran. Penggunanya juga tidak berkurang walau ancaman serius terkena penyakit akibat rokok cukup mengerikan.
Akan tetapi, tidak dipungkiri bahwa banyak orang yang sudah mulai berjuang untuk berhenti merokok. Walau tidak mudah, sebagian orang dapat berhenti merokok karena momen-momen tertentu dalam hidupnya seperti jatuh sakit atau mengingat orang-orang yang tercinta seperti anak dan pasangan.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa menghentikan kebiasaan merokok tergantung dari motivasi diri sendiri.
Baca Juga Harga Minyak Global Hari Ini |
---|
“Data dari RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki motivasi rendah dalam berhenti merokok, tingkat keberhasilannya hanya sekitar 30 persen,” ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima Bisnis dari Guesehat.com, (29/5/2019).
Sebaliknya menurut dia, apabila motivasi untuk berhenti merokok tinggi maka tingkat keberhasilannya pun mencapai 70 persen. Oleh karena itu, saat ingin berhenti merokok lebih efektif jika memang sudah memiliki motivasi atau keyakinan yang kuat dalam diri sendiri.
Walau beberapa orang bisa langsung berhenti merokok, sebagian lainnya mungkin harus menerapkan metode-metode tertentu untuk berhenti merokok.
Baca Juga Harga Emas Hari Ini |
---|
“Berhenti merokok bisa juga dilakukan secara bertahap. Misalnya, jika ingin berhenti merokok dalam seminggu, bisa dikurangi jumlah rokoknya per hari hingga tidak merokok lagi,” jelas dokter spesialis paru Feni Fitriani Taufik, Ketua Pokja Masalah Rokok PDPI.
Selain dengan mengurangi jumlah rokok yang diisap, berhenti merokok juga bisa dilakukan dengan menunda jam merokok. Kalau terbiasa merokok pada pukul 07.00, bisa ditunda menjadi pukul 09.00. Pada hari berikutnya, ditunda lagi. Jadi, lama-kelamaan akan berhenti merokok.
Dalam upaya berhenti merokok, beberapa orang mengalami gejala putus nikotin (withdrawal) seperti merasa cemas, tidak enak, stres, mudah marah, depresi, dan lain-lain.
Baca Juga Nilai Tukar Rupiah Hari Ini |
---|
Agus mengatakan bahwa hal ini tergantung pada seberapa kuat adiksi seseorang terhadap rokok. Perokok dengan tingkat adiksi yang kuat bisa saja mengalami withdrawal yang cukup berat. Apabila gejala ini berlanjut, alangkah baiknya berkonsultasi dengan dokter.
“Tidak semua orang sama. Misalnya pada social smoker (mereka yang merokok saat berada di lingkungan sosial), gejala putus nikotin mungkin ringan bahkan tidak dirasakan atau disadari,” kata Agus.