Lukisan S.Sudjojono bertajuk Aku Cinta Padamu Tanah Airku (cat minyak pada kanvas, 202 x 301 cm, 1966) / Galeri Nasional Indonesia
Entertainment

S Sudjojono, Sang Seniman Penentu Zaman

Tika Anggreni Purba
Kamis, 22 Agustus 2019 - 14:16
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Selama perjalanan hidupnya –bahkan hingga kini-, nama S. Sudjojono dikenang sebagai pelukis legendaris. Dia menjadi salah satu tokoh pemegang kunci perjalanan seni rupa modern di Indonesia. 

Pria kelahiran Kisaran ini memang seniman yang unik, kritis, dan mumpuni. Bakatnya ibarat hadiah spesial yang menggariskan perjalanan hidup dan perjalanan keseniannya.

Sudjojono merupakan pemikir dan pelukis yang kritis. Pernah, dia menentang gaya melukis mooi-indie yakni genre lukisan pemandangan bercirikan keindahan gunung, jalan, dan pohon.

Sebetulnya Sudjojono bukannya anti lukisan pemandangan yang indah. Buktinya selama perjalanan kariernya dia juga melukis banyak lukisan pemandangan. Penentangan gaya mooi-indie ternyata berdasar pada keprihatinan akan keadaan masyarakat yang tak seindah apa yang digambarkan di kanvas.

Kurator Galeri Nasional Indonesia Suwarno Wisetrotomo menilai Sudjojono sebagai sosok seniman yang sangat luar biasa.

“Dia memiliki basis realisme yaang sangat kuat, juga dengan ide-ide yang sangat kritis,” ujarnya. 

Argumentasi

Menurutnya sosok Sudjojono selalu memiliki argumentasi yang jujur dan berani untuk setiap karya yang dilukisnya. Tidak hanya itu, lukisan yang dihasilkannya juga sangat berkualitas, halus, dan cermat. Sudjojono betul-betul menjiwai hasil karyanya.

“Sudjojono itu seniman, pemikir seni, dan pelukis yang hebat, karya-karyanya kritis dan monumental,” ujar Suwarno. 

Katakanlah salah satu karyanya bertajuk Ada Orkes (cat minyak pada kanvas, 80,5x120 cm, 1970), dibuat oleh Sudjojono untuk menggambarkan kehadiran orang kaya baru (OKB) di awal orde baru. Dia mengkritisi OKB yang mulai berjarak pada masyarakat secara jujur sesuai dengan realitas yang terjadi.

Masih dalam nuansa satiristik yang sinis, Sudjojono melukis Angsa (80 x 100 cm, cat minyak pada kanvas, 1967). 

Banyak yang mendeskripsikan lukisan tersebut menggambarkan bebek, tetapi Sudjojono secara halus memilih judul Angsa. Karya ini merupakan kritik Sudjojono terhadap rezim orde baru di mana saat itu banyak orang “membebek” atau mengikut arus.

Sudjojono merupakan seniman yang konsisten dengan tema-tema satir. Dia juga banyak melahirkan tulisan-tulisan kritis. Kiprahnya selama hidup membawa pemaknaan baru bagi dunia seni lukis Indonesia.

Kurator Galeri Nasional Indonesia Rizky A. Zaelani menilai Sudjojono sebagai seniman yang menentukan zaman.

“Contohnya saja pada tahun 70-an, Sudjojono banyak ‘marah-marah’ dengan melukis hal-hal sini dan menyindir,” ujarnya.

Seni Sebuah Jiwa

Bagi Rizky, Sudjojono merupakan seniman yang membela sikap “kesenimanan”. Sudjojono memandang seni sebagai sebuah jiwa yang nyata dan nampak. Inilah yang membuktikan kejeniusan Sudjojono sebagai seniman, dia tidak ditundukkan dan dikendalikan oleh orang lain.

Ketegasan dan idealisme menjadi nilai yang dianut oleh Sudjojono. Dalam esai bertajuk Seni Lukis Indonesia Sekarang dan yang Akan Datang, Sudjojono mengungkap pengertiannya soal idealisme dalam berkesenian.

Baginya, seni lukis tidak harus lahir dari kebuthan orang yang berada di luar lingkungan pelukis. Pun, seni lukis tidak boleh mendengar atau menurut pada satu kelompok atau menjadi budak partai.

Kemerdekaan dalam kesenian adalah urat nadi seni lukis dalam pandangan Sudjojono. Sungguh seniman yang jenius!  

 

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro