Bisnis.com, YILAN - Taiwan berupaya mengenalkan seni dan budaya tradisional kepada generasi muda sekaligus mendorong sektor pariwisata dengan menyediakan area National Center of Traditional Arts.
Pusat seni dan budaya seluas 24 hektare ini berlokasi di Provinsi Yilan yang bisa ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan bus dari Taipei. Jika menggunakan kereta listrik atau bus menuju jurusan Luodong dilanjutkan naik taksi atau shuttle bus.
National Center of Traditional Arts berada di bawah pengelolaan Kementerian Kebudayaan Taiwan. Sekedar diketahui bahwa suhu udara di Provinsi Yilan berkisar antara 26-27 derajat celcius atau sedikit lebih dingin ketimbang Ibu Kota lantaran berada di kaki pegunungan.
National Center for Traditional Arts di Provinsi Yilan, Taiwan/Bisnis-Akhirul Anwar
Untuk harga tiket masuk pengunjung reguler yakni NT$150 atau setara dengan Rp67.500 per orang, dan jika mendapatkan diskon maka harganya bisa lebih murah yakni NT$120 atau sekitar Rp54.000.
Ling, pemandu wisata di National Center for Traditional Arts mengatakan bahwa kunjungan pada akhir pekan didominasi oleh kalangan pelajar dan keluarga yang ingin mengenal lebih dekat tentang seni dan budaya secara langsung.
"Selain bisa melihat hasil karya seni, di sini juga ada workshop seniman yang sedang membuat karya," katanya saat menjelaskan kepada rombongan Asia-Pasific Media Trip, Rabu (25/9/2019).
Lukisan pernis yang dipajang di National Center for Traditional Arts, Provinsi Yilang, Taiwan/Bisnis-Akhirul Anwar
Sejumlah kerajinan yang dipamerkan adalah lukisan dengan teknik pernis, ukiran kayu, ukiran tembaga dan anyaman bambu. Ling mengajak kami untuk bertemu seniman dan melihat secara langsung proses karya seni ukir kayu yang akan dipasang di Kuil.
"Motif ukir di Kuil adalah berupa tumbuhan menjalar yang memiliki filosofi bahwa dalam kehidupan ada generasi dari muda sampai tua memiliki keterkaitan," katanya menterjemahkan salah satu pengrajin ukir Taiwan.
Pengrajin ukir menunjukkan karya setengah jadi/Bisnis-Akhirul Anwar
Kemudian dari sisi budaya, konstruksi bangunan Kuil di Taiwan memiliki karakteristik yang mengedepankan keseimbangan kehidupan manusia dan alam. Contohnya adalah sebuah Kuil keluarga bernama Guanghsiao yang dibangun antara 1921-1925.
Ada filosofi menarik dari dari Kuil tersebut. Pertama, bangunan kuil berbahan dasar kayu dan banyak memiliki lubang di bagian atas pintu. Hal ini bertujuan agar bangunan tidak mudah tersapu angin topan karena Taiwan adalah langganan bencana angin tersebut.
Kuil Guanghsiao/Bisnis-Akhirul Anwar
Kedua, pintu kayu didesain agar menciptakan suara berdecit keras yang kedengarannya berisik saat dibuka dan ditutup. Tujuannya adalah, saat pintu dibuka pagi hari maka akan mengingatkan kepada seluruh penghuni rumah untuk saatnya bangun tidur dan melakukan aktivitas.
Ketiga, sepasang daun pintu tidak bisa ditutup satu persatu. Keduanya harus ditutup bersamaan karena masing-masing punya desain berbeda di bagian tepi.
Pintu di kuil Guanghsiao/Bisnis-Akhirul Anwar
Filosofi pintu ini bermakna bahwa sepasang daun pintu ibaratnya suami-istri harus bersama-sama dalam melakukan sesuatu agar sukses meraih sebuah tujuan.
"Daun pintu yang kiri ini laki-laki, yang kanan perempuan, harus bersama-sama ditutup agar bisa rapat," kata Ling.
Tidak jauh dari lokasi Kuil kuno tersebut, kami mengunjungi workshop pembuatan aroma terapi dari bahan herbal meliputi lavender, daun mint, daun lemon, bunga mawar dan beberapa bahan lainnya. Peserta diminta untuk menyusun sendiri komposisi aroma yang dikehendaki.
Bahan herbal aroma terapi/Bisnis-Akhirul Anwar
Sekitar 9 bahan herbal kering dihaluskan menggunakan alat gerus tradisional. Yakni dengan meletakkan bahan ke dalam sebuah bejana, kemudian digilas roda besi yang digerakkan menggunakan kaki. Setelah bahan dirasa cukup halus, bahan herbal dimasukkan ke dalam kantung kain.
Peserta workshop memproses pembuatan aroma terapi herbal/Bisnis-Akhirul Anwar
"Ini bisa disimpan di tempat tidur sebagai pengharum ruangan atau atau aroma terapi," ujar Ling.
Di Pusat Seni Budaya Taiwan ini juga menyediakan pertunjukan kungfu, namun sayang saat kami berkunjung tidak ada pertunjukan. Kami pun lebih banyak melihat toko souvenir yang menjual aneka kerajinan seperti wayang orang khas Taiwan.