Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengklaim secara fasilitas rumah sakit yang ada di Indonesia tidak kalah dengan rumah sakit di Malaysia.
Selain itu, dari sisi dokter atau tenaga media dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit-rumah sakit di Kuala Lumpur, Penang dan lainnya sebagian di antaranya merupakan lulusan universitas di Indonesia.
“Kekurangan kita adalah tidak bisa berkolaborasi antara pemangku kepentingan di dunia medical tourism ini. Belum jelas siapa yang harus mempromosikan tentang pariwisata medis ini, apakah Kementerian Pariwisata, Kementerian Kesehatan atau lembaga lain?” tutur Wakil Ketua GIPI Panca Sarungu, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, keunggulan industri kesehatan di Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain adalah pengobatan tradisionalnya. Obat-obat herbal yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia sudah divalidasi oleh Kemenkes.
“Jadi poin pentingnya adalah kita mau sinergi atau tidak karena secara treatment quality pun kita cukup bersaing. Setelah itu kita tentukan destinasinya, apakah di Jakarta, Bali, Jogja, Medan, Lombok, atau Batam," paparnya.
Panca menilai apabila berbicara destinasi tentunya bebicara mengenai akses. Dia menyebut hal terpenting bagi destinasi pariwisata medis adalah adanya akses langsung
"Karena kalau orang mau berobat mereka tidak mau kalau harus transit lagi," ungkapnya.
Indonesia selama ini masih menjadi penonton di dalam industri yang perkembangannya cukup bergairah ini. Industri wisata medis Indonesia cukup tertinggal bila dibandingkan dengan wisata medis negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Padahal potensi idustri wisata medis di ASEAN pada 2018 tercatat mampu meraup omset hingga Rp 150 triliun tahun. Adapun dalam skala global, omzet industri wisata medis mencapai Rp 850 triliun.