Bisnis.com, JAKARTA — Dari berbagai nonton bareng yang diadakan oleh penonton film Susi Susanti: Love All terdapat satu hal yang membuat sang sutradara Sim F tersentuh yaitu, komentar dari beberapa anak remaja.
Anak-anak remaja tersebut memberikan semangat bagi Sim F, sang sutradara. Di antara komentar-komentar mereka setelah menonton adalah mengatakan bahwa film tersebut sangat memotivasi & membuat setiap orang yang menontonnya membangkitkan semangat untuk dapat lebih semangat dalam menggapi cita-cita yang diinginkan.
Tak lama, sutradara film Susi Susanti: Love All Sim F berbagi kisah masa kecilnya tinggal di panti asuhan melalui Instagram.
Sim F merefleksikan perjalanan kehidupannya melalui post media sosial tersebut sampai akhirnya ia bisa membuat film perdananya kini.
Di post pertama, Sim F menceritakan pengalamannya menonton Susi Susanti yang memberikan dorongan semangat baginya.
“Pada tahun 1992 di sebuah aula kecil di salah satu panti asuhan di bogor, berkumpul beberapa anak dan pengurus yang sedang terharu menonton kemenangan Susi Susanti di olimpiade barcelona. Salah satu anak yang terlihat kurus ceking tersebut adalah gua sendiri. Gua memang hidup di panti asuhan semenjak umur 12 tahun. Melihat sebuah kemenangan dan keberhasilan Susi Susanti pada saat itu menjadi sebuah pertanyaan pada diri gua sendiri saat itu, apakah suatu saat gua bisa jadi orang berhasil seperti Susi?,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pada saat itu dirinya tidak bisa melihat masa depan cerah dan merasa masa depan gelap menghantuinya.
“Waktu terus berlalu, hingga akhirnya gua ngambil sekolah teknik atau saat itu di sebut STM jurusan bangunan. Di kepala gua saat itu gw hanya akan jadi juru gambar atau mandor dalam sebuah kontraktor. Karena memang di panti asuhan pada saat itu belum mampu membiayai anak-anak sampai kuliah,” kenangnya.
Berani bermimpi atau bercita-cita tinggi adalah hal yang tabu baginya, akan tetapi hati kecil yang meronta untuk jujur bahwa ia ingin sukses seperti Susi.
Akhirnya ia mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan beasiswa dan masuk Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB). Hal yang menarik ketika ia mengambil ujian masuk fakultas senirupa ITB pada 1994 dengan tugas menggambarkan sebuah situasi kemenangan Pemain bulutangkis Mia Audina Tjiptawan.
“gua gambar pada saat itu adalah Mia Audina dengan penghargaan dan raket ditangan berada di lapangan sambil di peluk oleh Susi Susanti dari belakang dengan banyak wartawan yang mengelilingi dan memotret mereka. Gw gak tau ini kebetulan atau apa namanya, tapi gua percaya hidup gak ada yg kebetulan sih,” lanjutnya.
Sampai di mana ia tidak menyangka bahwa 2019 ini akhirnya dirinya bisa merilis film pertamanya yaitu film Susi Susanti.
“Jujur gua gak merasa layak juga untuk menyutradarai film sebesar ini dan nama Susi Susanti yang seharum dan legend ini yang mana pada tahun 1992 gua duduk depan tv di aula panti asuhan sambil berharap cemas akan masa depan. Banyak orang yang lebih layak menyutradarai film ini, tapi ya Tuhan punya jalan lain sekali lagi buat hidup gua,” syukurnya.
Ia mengakui bahwa film Susi Susanti: Love All memiliki kisah personal karena pada 1992 Susi mencoba membantu dirinya untuk memiliki mimpi besar, tetapi di tahun 2019 ini Susi Susanti mengajarinya hal yang berbeda kembali.
“Melalui film Susi Susanti sendiri yaitu bagaimana gua harus belajar bisa memaafkan dan mengasihi dalam kondisi apapun yang akan gua hadapi dan alami. Dengan latar belakang hidup gua, banyak sekali kekecewaan dan rasa tersakiti tetapi justru dalam proses film inilah yang membantu gua untuk bisa akhirnya belajar memaafkan dan mengasihi, justru gua sekarang merasa bersyukur punya pengalaman hidup seperti ini dan juga merasa sukacita,” jelasnya.
Kisah perjuangan yang mengharukan ini kemudian tercermin dalam film Susi Susanti: Love All. Ia meyakinkan bahwa banyak inspirasi yang mengalir deras dalam setiap adegannya.
“Selalu ada jalan untuk setiap mimpi yaitu dengan cinta. Seperti juga Susi Susanti yang tak pernah lupa akan cinta kepada Tuhan, keluarga, olahraga, dan negara,” tutupnya.
Time International Films mempersembahkan film Susi Susanti - Love All yang diproduksi oleh Damn I Love Indonesia Movies bersama Oreima Films, East West Synergy, dan Melon Indonesia.
Film biopik yang diangkat dari kisah pebulutangkis legendaris Susi Susanti ini masih tayang sejak pertama kali diluncurkan pada 24 Oktober 2019 di berbagai bioskop Indonesia.