Bisnis.com, JAKARTA – Penyakit pada mata bisa dialami oleh siapapun dari segala usia termasuk dari usia anak-anak, salah satunya karena genetik, kelelahan menggunakan gawai atau trauma tertentu.
Menurut Elvioza, Ketua Retina Service dan Dokter Subspesialis Vitreoretina JEC menyatakan gejala sakit mata sampai trauma mata pada anak bisa terjadi akibat pengaruh genetik.
“Kelainan genetic itu bermacam-macam, ada yang tergantung dari sel, kelainan di retina, maka kalau penyakit mesti lihat lebih teliti, ini tidak mudah,” ujar Elvioza beberapa waktu yang lalu saat Simposium JEC di Pullman Central Park.
Tingginya angka penderita sakit mata di kalangan anak-anak mendorong JEC untuk membuka spesialisasi mata anak. Tujuannya agar penanganan terhadap kasus sakit mata anak bisa lebih mudah dan tepat sasaran.
Saat ini beberapa dugaan penyebab sakit mata pada anak juga karena tingkat keterpaparan yang tinggi dari sinar radiasi gawai pada anak. Namun menurut Ketua Ophthalmic Trauma Service JEC, Yunia Irawati secara umum memang belum ada radiasi gawai sebabkan gangguan mata.
"Gadget itu belum ada evidence-based (buktinya). Tapi memang menatap layar yang beradiasi dalam waktu yang lama memang berpengaruh ke mata," kata Ira.
Ira menambahkan, menatap layar dengan radiasi cahaya dalam waktu lama memang bisa membuat mata kering serta gangguan mata lainnya. Baik itu ponsel, tablet, televisi, komputer, atau gawai lainnya. Namun dengan istirahat bisa pulih kembali.
Kebiasaan terlalu lama menatap layar radiasi termasuk ponsel bisa menyebabkan gangguan anatomi pada mata. Hal tersebut bisa menimbulkan penglihatan yang kabur, entah itu saat melihat sesuatu jarak dekat maupun jauh.
Ira pun menambahkan, trauma mata yang juga bisa menyerang anak. Beberapa penyebab trauma mata adalah goresan pada benda tajam di mata sejenis ranting pohon. Alhasil jaringan pada bola mata atau kelopak mata, dan saraf mata mengalami kerusakan. Hal ini terlihat dari penurunan tajam penglihatan hingga kebutaan. Imbasnya, kualitas hidup menurun dan produktivitas juga ikut menurun.
Oleh sebab itu untuk mengantisipasi berbagai gejala, perlu upaya preventif melalui Ophthalmic Trauma Service yang mengatur tata laksana trauma mata menyeluruh sesuai dengan kondisi pasien, melibatkan tim medis dari berbagai subspesialis.