Bisnis.com , JAKARTA - Di tengah merebaknya wabah virus corona, salah satu kebiasaan baru ynag diterapkan masyarakat yakni menjemur diri di bawah matahari pada pagi hari.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa mikroorganisme bisa mati dalam suhu yang panas. Namun, bagaimana dengan virus SARS-COV2 penyebab COVID-19 dan efektifkah suhu panas dari matahari semata?
Dokter spesialis neurologi anak Arifianto menjawabnya lewat Instagram pribadi @dokterapin. Dalam unggahan foto tentang berbagai artikel berita virus corona dan sinar matahari, ia pun menegaskan sampai saat ini belum ada bukti bahwa berjemur di bawah sinar matahari dapat membunuh virus corona. Sebaliknya, ada dampak yang bisa diterima jika seseorang berada di bawah terik matahari.
“Sinar UV yang memancar dari matahari belum terbukti efektif membunuh virus corona, bahkan memiliki efek samping berbahaya, membakar kulit,” katanya pada Minggu, 29 Maret 2020.
Dalam memaparkan penjelasannya, pria yang akrab disapa Apin itu membeberkan tiga jenis sinar UV. Kita umumnya mengenal UVA, UVB, dan UVC. Sebenarnya, yang mampu membunuh virus dan bakteri adalah jenis UVC. Meski begitu, Apin mengatakan bahwa UVC sudah terhalang di lapisan ozon.
“Tentu ada tujuannya. Sinar UVC memang berbahaya bagi kulit. Bahkan, sangat berbahaya apabila terpapar kulit manusia dalam waktu singkat sekali pun,” ujarnya.
Baca Juga 9 Cara Tepat dan Manfaat Menjemur Bayi |
---|
Sedangkan untuk UVA dan UVB di pagi hari, Apin menjelaskan memang ini bisa memberikan manfaat berupa kandungan vitamin D alami. Namun, memaparkan kedua sinar secara sengaja bisa menyebabkan kulit terbakar.
“Apalagi pada kulit bayi dan batita yang masih tipis, serta risiko kanker kulit di kemudian hari,” ungkapnya.