Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti di China mengklaim bahwa mereka mungkin telah menemukan sub-jenis mutasi baru dari virus corona SARS-CoV-2 yang memiliki kemampuan jangka panjang untuk menginfeksi seseorang.
Para ahli menemukan kasus yang tidak biasa dari seorang pria paruh baya dengan penyakit COVID-10 yang menular selama 49 hari, rekor waktu yang tidak pernah tercatat sebelumnya.
Akan tetapi, gejala pada pria itu tergolong ringan dan para peneliti mengatakan si pria tampaknya telah membentuk keseimbangan dinamis dengan virus.
Kasus kronis menunjukkan suatu jenis penyakit dari virus yang dapat menyebar di antara orang-orang selama berminggu-minggu, bahkan jika inangnya tidak menunjukkan banyak gejala.
Virus yang telah bermutasi ini juga lebih sulit dilepaskan. Pria yang memiliki kasus tersebut harus disuntik dengan darah dari orang yang telah sembuh dari COVID-19 untuk melakukan pemulihan diri.
Dalam studi yang terbit di situs makalah medis ilmiah MedRxiv itu, pria ini dilaporkan mengunjungi sebuah rumah sakit di Wuhan untuk menjalani tes COVID-10.
Dia menyatakan bahwa dirinya mengalami demam selama 1 minggu belakangan, tetapi tidak memiliki gejala umum lainnya dari infeksi virus seperti batuk.
Tes COVID-19 lantas dilakukan dengan mengumpulkan liur tenggorokan dan diuji positif pada hari ke 17, 22,26, 30, 34, 43, dan 49. Ini menunjukkan bahwa pasien mengekresikan virus selama 49 hari melalui napas, bersin, atau batuk.
Adapun, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pelepasa virus berlangsung rata-rata selama 20 hari, dengan kasus terlama yang tercatat adalah 37 hari. Li Tan, penulis penelitian ini mengatakan bahwa semakin lama durasi pelepasannya, maka semakin parah hasilnya.
“Menariknya, bertentangan dengan kesimpulan di atas, kami di sini melaporkan salah satu kasus yang tidak parah tetapi memiliki durasi penumpahan virus paling lama,” katanya seperti dikutip Daily Mail, Kamis (2/4).
Karena pasien itu tampaknya tidak dapat melawan penyakit secara mandiri, dia perlu dirawat dengan terapi berbasis darah yang digunakan di China dan secara eksperimental di Amerika Serika dan Inggris.
Dia diberi transfusi plasma dari penderita COVID-19 yang telah pulih dan memiliki antibodi penangkan virus dalam darah mereka. Para peneliti mengatakan itu mungkin kasus terinfeksi kronis yang dimiliki saat ini.
Para peneliti mengatakan bahwa informasi ini dapat mengarah pada sub-tipe ringan baru dari SARS-CoV-2, di mana virus memiliki toksisitas yang lebih rundah, tidak menular, tetapi lebih sulit untuk dihilangkan.
Para peneliti di China memang telah membahas kemungkinan adanya dua jenis utama SARS CoV-2 yaitu subtipe L dan subtipe S. Tipe L lebih lazin ditemukan di banyak pasien dan lebih cenderung menyebar daripada tipe S.
“Tetapi, kami tidak bisa memastikan bahwa virus yang terkait dengan kasus ini termasuk dalam tipe S, tipe L yang bermutasi, atau subtipe baru. Kami tidak dapat mengecualikan bahwa ada subtipe baru asli yang tidak diidentifikasi sebelumnya,” kata Tan.