Bisnis.com, JAKARTA—Badan Energi Atom Internasional (international atomic energy agency/IAEA) menjalin kerja sama dengan Universitas Okayama Jepang dalam riset dan pengembangan terapi penangkapan boron neutron.
Dalam laman resmi IAEA mengungkapkan terapi tersebut (boron neutron capture therapy/BNCT) Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) adalah teknik terapi non-invasif untuk mengobati tumor ganas invasif. Ini bergantung pada penggunaan neutron untuk menghasilkan partikel alfa yang energetik untuk menghancurkan sel-sel dalam tumor, tetapi tidak di jaringan sekitarnya.
Terobosan terbaru dalam teknologi akselerator memungkinkan penggunaan yang lebih luas dari teknik ini. IAEA dan Universitas Okayama Jepang kini telah menandatangani perjanjian yang menyediakan kerangka kerja tiga tahun untuk kerja sama yang ditingkatkan di bidang ini.
Pasien yang menjalani BNCT diberi reagen berbasis boron, sering disuntikkan secara intravena, yang terakumulasi dalam sel kanker. Ketika isotop boron stabil (boron-10) dari reagen itu terkena sinar neutron dalam sel kanker, ia menangkap neutron, yang menyebabkan reaksi nuklir dan penciptaan helium energetik (partikel alfa) dan inti lithium.
Inti menyimpan energi mereka di dalam sel tumor, menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Tumor ini ditargetkan dengan secara selektif memasukkan pereaksi boron ke dalam sel-sel tumor, dan bukan dengan mengarahkan sinar pada sel-sel, seperti pada terapi radiasi lainnya, di mana jaringan yang sehat masih dapat rusak sebagai akibatnya. Efektivitas biologis yang tinggi dari prosedur ini dan kerusakan sel yang ditargetkan secara tepat adalah keuntungan utama dari BNCT dalam terapi klinis.
Efektivitas BNCT tergantung terutama pada konsentrasi boron dan distribusinya dalam sel-sel tumor yang ditargetkan, dan salah satu tantangan utama R&D yang tersisa adalah bagaimana meningkatkan fokus tersebut. Kemajuan yang signifikan telah dibuat selama beberapa tahun terakhir dalam mengoptimalkan senyawa boron dan mengendalikan akumulasi mereka dalam sel tumor.
Baru-baru ini, pembawa boron yang paling umum - boronophenylalanine (BPA) - berlabel fluor-18 (F-BPA) telah dikembangkan dan berhasil diterapkan untuk memantau farmakokinetik BPA dengan positron emission tomography (PET), yang memungkinkan memperoleh informasi tentang tumor serta mengevaluasi akumulasi boron pada tumor dan jaringan normal.
Danas Ridikas, Head of the IAEA Physics Section, mengungkapkan BPA yang digunakan saat ini hanya mengandung satu isotop boron-10 per molekul. Dia menilai agar BNCT menjadi lebih sukses dalam menghancurkan sel-sel tumor, agen penargetan sel yang mengandung jumlah isotop boron-10 dalam strukturnya harus dikembangkan.
“Ini akan menjadi salah satu fokus utama kegiatan kerja sama R&D kami dengan Universitas Okayama,” katanya di laman IAEA, dikutip Bisnis, Jumat (26/6/2020).
Alasan lain untuk minat baru pada BNCT adalah terobosan teknologi terbaru yang dibuat dalam produksi neutron berbasis akselerator kompak, yang memungkinkan pemasangan akselerator di rumah sakit dan pusat penelitian kanker.
Hanya satu dekade yang lalu, BNCT biasanya harus dilakukan di reaktor riset yang mampu menawarkan intensitas dan kualitas berkas neutron yang diperlukan untuk iradiasi pasien. Pengguna harus pergi ke fasilitas iradiasi seperti reaktor penelitian berdampak negatif terhadap penerimaan publik terapi ini.
Namun, berkat perkembangan terbaru dalam teknologi akselerator dan opsi produksi neutron berbasis akselerator, pasien sekarang dapat menjalani BNCT di lingkungan rumah sakit seperti di terapi yang lebih konvensional.
"Tantangan R&D lebih lanjut di BNCT terkait dengan operasi stabil akselerator daya tinggi, teknologi target konversi neutron dan dosimetri neutron," kata Ridikas.
Dia menambahkan para ahli di seluruh dunia sedang bekerja membangun dan mengoperasikan sumber neutron kompak berdasarkan akselerator partikel, yang berlokasi di rumah sakit universitas atau pusat terapi kanker. Saat ini, lanjutnya, beberapa dari fasilitas ini sudah memulai uji klinis.
Adapun, IAEA dan Universitas Okayama sebelumnya bekerja bersama dalam berbagai proyek yang terkait dengan BNCT, termasuk menyelenggarakan lokakarya dan acara, menerbitkan cerita ulasan dan mengoordinasikan kunjungan teknis ke pusat terapi yang relevan.
Hirofumi Makino, Presiden Universitas Okayama, mengungkapkan BNCT adalah terapi kanker mutakhir. Terapi ini, lanjutnya, adalah pernikahan yang bahagia dari fisika nuklir modern dan biologi sel farmasi terkini.
“Namun, kita seharusnya tidak melupakan sejarah panjang perjuangan untuk mengembangkan teknologi medis yang sulit ini. Kami, para peneliti dari Universitas Okayama, ingin mengembangkan langkah lebih lanjut dari teknologi BNCT bersama dengan IAEA,” katanya.