Bisnis.com, JAKARTA -- Salah satu podcaster yang menjadi pioneer podcast di Indonesia saat ini adalah Adriano Qalbi yang memandu Podcast Awal Minggu sejak 2016.
Mulanya, Adriano yang merupakan seorang stand up comedy ini memiliki program sendiri di TV dan radio, setelah kontraknya habis ternyata tidak dilanjutkan padahal followersnya sudah cukup banyak.
Agar tetap eksis dan mampu mempertahankan followers, tadinya dia ingin membuat vlog. “Tapi saya tidak suka bicara sok asyik ke kamera, akhirnya kepikiran podcast. Kenapa namanya Podcast Awal Minggu, Cuma ingin nama yang bisa mendesak komitmen saya untuk konsisten [membuat podcast tiap awal minggu],” ujarnya.
Saat pertama membuat podcast, Adriano lebih banyak monolog menceritakan berbagai isu yang sedang ramai diperbincangkan mulai dari yang ringan hingga yang berat seperti panama papers, konspirasi, Covid-19 dan lainnya yang dibungkus dalam format komedi. “Sebetulnya isinya hanya sok tauan saja,” tambahnya.
Selain itu, dia juga sering membacakan email dari pendengar. Namun, belakangan Adriano mulai banyak melakukan interview dengan sejumlah bintang tamu sebagai narasumber. Bahkan dia mulai mengalihkan podcast dari audio ke channel youtube bersama Majelis Lucu Indonesia.
Menurutnya, pendengar podcast sama penonton video youtube memiliki cara yang berbeda saat menyimak sebuah konten.
Kalau audio konten sifatnya tidak mengganggu aktivitas sehingga bisa didengarkan sambil mengerjakan yang lain atau saat sedang dalam perjalanan. Berbeda dengan visual yang harus fokus, dan meninggalkan yang lain. Walaupun dari segi pemirsa, youtube lebih banyak jumlah penontonnya sedangkan audio masih lebih sedikit.
“Jadi yang saya lakukan, potong 15 menit terbaik untuk di youtube, dan kalau mau mendengarkan full 1 jam, harus melalui audio,” tuturnya.
Adapun untuk proses kreatif dalam membuat sebuah podcast, Adriano biasanya membutuhkan waktu sekitar satu minggu yang digunakan untuk melakukan riset mengenai topik yang sedang popular atau narasumber yang menarik diwawancara.
“Abis itu, langsung rekaman saja, soalnya saya lebih suka spontan daripada terformat. biar lebih real karena podcast itu rely so much on the personality of the host,” ujarnya.
Menurutnya, podcast ini sangat menyenangkan karena sifatnya yang low cost production tetapi bisa mencapai target yang spesifik sekali. “Contoh kalau ada yang bikin, mana lebih keren BSD atau Bintaro? pasti rame atau Unpar vs Unpad. Podcast somehow seperti radio jaman dulu. dimana prambors hanya Perambanan, mendut, borobudur dan sekitaranya, jadi seperti mendengarkan teman nongkrong saja,” tuturnya.
Untuk proses monetisasi, biasanya didapatkan dalam bentuk kerjasama sponsor, seperti placement, atau request topic.