Bisnis.com, JAKARTA - Transplantasi atau cangkok paru-paru dianggap menjadi solusi bagi pasien Virus Corona atau Covid-19 yang masuk dalam masa kritis dengan kerusakan paru-paru parah.
Dilansir dari Insider, Sabtu (1/8/2020), Dr. Ankit Bharat, seorang ahli bedah toraks dan direktur bedah dari Northwestern Medicine Lung Transplant Program, mengatakan tidak ada pasien yang akan hidup jika transplantasi tidak dilakukan. Namun, transplantasi disarankan untuk pasien Corona yang berusia muda dan paru-parunya rusak akibat infeksi virus ini.
Selain itu, transplantasi juga dikhususkan bagi pasien yang memiliki kondisi medis mendasar lainnya."Transplantasi paru-paru bukan untuk setiap pasien dengan Covid-19, tetapi itu menawarkan beberapa pasien yang sakit kritis pilihan lain untuk bertahan hidup," ujarnya
Adapun Ankit behasil melakukan transplantasi paru-paru terhadap Mayra Ramirez, pasien Covid-19 berusia 28 tahun asal Chicago yang menjadi orang pertama yang menerima transplantasi paru-paru di Amerika Serikat .
Ramirez mengatakan kepada The New York Times bahwa dia mengidap virus corona kemungkinan pada April, meskipun telah menjaga jarak sosial dan bekerja dari rumah. Akan tetapi dia memiliki kondisi autoimun dan menggunakan imunosupresan yang mungkin membuatnya rentan terhadap coronavirus.
Pada akhir April Ramirez datang ke rumah sakit dan dokter langsung memasang ventilator untuk membantunya bernapas. Namun bahkan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19, paru-parunya sangat rusak sehingga dokter menempatkannya dalam daftar transplantasi.
Kondisi paru-paru Ramirez penuh lubang dan luka. Hingga akhirnya pada ertengahan Juni Ramirez menjalani operasi transplantasi selama 10 jam.
"Aku memandang diriku sendiri dan tidak bisa mengenali tubuhku. Saya tidak memiliki kemampuan kognitif untuk memproses apa yang sedang terjadi, yang saya tahu adalah bahwa saya ingin air," cerita Ramirez ketika dia selesai menjalani operasi transplantasi paru-paru.