Bisnis.com, JAKARTA - Pernahkah Anda merasa pusing saat berdiri atau ketika bangun dari tempat duduk? Jika iya, hati-hati itu bisa menjadi gejala demensia.
Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal medis American Academy of Neurology baru-baru ini menerangkan kondisi tersebut dinamakan hipotensi ortostatik, ini terjadi ketika orang mengalami penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat berdiri.
Dalam studi ini ditemukan adanya hubungan antara demensia pada orang yang mengalami penurunan tekanan darah sistolik, bukan pada orang dengan hanya penurunan tekanan darah diastolik atau tekanan darah secara keseluruhan.
Sistolik adalah angka pertama atau teratas dalam pembacaan tekanan darah dan hipotensi ortostatik sistolik didefinisikan sebagai penurunan minimal 15 mmHg setelah berdiri dari posisi duduk.
"Tekanan darah orang-orang ketika mereka berpindah dari duduk ke berdiri harus dipantau," kata penulis studi Laure Rouch dari University of California, San Francisco, dilansir dari Medical Xpress, Senin (10/8/2020).
Dia menambahkan ada kemungkinan mengendalikan penurunan tekanan darah ini bisa menjadi cara yang menjanjikan untuk membantu meningkatkan kemampuan ingatan orang seiring bertambahnya usia.
Adapun penelitian ini melibatkan 2.131 orang yang berusia rata-rata 73 tahun dan tidak menderita demensia saat mendaftar. Pembacaan tekanan darah mereka diambil pada awal penelitian dan kemudian satu, tiga, dan lima tahun kemudian.
Sebanyak 15 persen mengalami hipotensi ortostatik, 9 persen mengalami hipotensi ortostatik sistolik dan 6 persen mengalami hipotensi ortostatik diastolik.
Selama 12 tahun berikutnya, para peserta dievaluasi untuk melihat apakah ada yang terkena demensia. Sebanyak 462 orang, atau 22 persen, memang mengidap penyakit tersebut.
Diterangkan orang dengan hipotensi ortostatik sistolik hampir 40 persen lebih mungkin mengembangkan demensia daripada mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. 50 dari 192 orang dengan hipotensi ortostatik sistolik, atau 26 persen mengembangkan demensia, dibandingkan dengan 412 dari 1.939 orang tanpa hipotensi, atau 21 persen.
Ketika para peneliti menyesuaikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko demensia, seperti diabetes, merokok, dan penggunaan alkohol, mereka yang mengalami hipotensi ortostatik sistolik 37 persen lebih mungkin mengembangkan demensia.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang pembacaan tekanan darah sistolik dari duduk ke berdiri berubah paling banyak dari lebih mungkin berisiko demensia beberapa tahun kemudian daripada orang yang pembacaannya lebih stabil.
Orang-orang tersebut dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan seberapa banyak pembacaan mereka berubah dari waktu ke waktu. Sebanyak 24 persen orang dalam kelompok dengan fluktuasi paling tinggi dalam pembacaan sistolik kemudian berkembang menjadi demensia, dibandingkan dengan 19 persen orang dalam kelompok dengan fluktuasi paling sedikit.
Ketika para peneliti menyesuaikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi risiko demensia, mereka yang berada dalam kelompok tertinggi 35 persen lebih mungkin mengembangkan demensia dibandingkan mereka yang berada dalam kelompok terendah.
Rouch mencatat bahwa penelitian ini bersifat observasional dan tidak menunjukkan sebab dan akibat. Ini hanya menunjukkan hubungan antara pembacaan tekanan darah dan risiko demensia. Batasan lain dari penelitian ini adalah bahwa diagnosis demensia dibuat tanpa membedakan antara penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.