Bisnis.com, JAKARTA - Virus corona yang ditemukan dalam kamar mandi di sebuah apartemen kosong di China memperkuat dugaan para ahli bahwa patogen Covid-19 bisa terbawa udara dan melayang ke atas melalui pipa pembuangan.
Melansir Bloomberg, Kamis (27/8/2020), dalam sebuah penelitian yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China dan diterbitkan pada Environment International bulan ini mengungkap jejak SARS-CoV-2 terdeteksi pada Februari di wastafel, keran, dan pegangan pancuran dari apartemen yang sudah lama kosong. Kamar mandi yang terkontaminasi berada tepat di atas rumah lima orang yang dipastikan seminggu sebelumnya mengidap Covid-19.
Para ilmuwan melakukan eksperimen simulasi pelacak di tempat untuk melihat apakah virus dapat menyebar melalui pipa limbah melalui partikel kecil di udara yang dapat dibuat dengan kekuatan penyiraman toilet.
Mereka menemukan partikel yang disebut aerosol, di kamar mandi 10 dan 12 tingkat di atas kasus Covid-19. Dua kasus dikonfirmasi di masing-masing lantai itu pada awal Februari, meningkatkan kekhawatiran bahwa partikel bermuatan SARS-CoV-2 dari tinja telah melayang ke rumah mereka melalui pipa ledeng.
Laporan baru ini mengingatkan pada kasus perumahan pribadi Amoy Gardens di Hong Kong hampir dua dekade lalu, ketika 329 penduduk terkena sindrom pernafasan akut yang parah, atau SARS, sebagian karena saluran pipa limbah yang rusak. Empat puluh dua warga saat itu meninggal.
"Meskipun penularan melalui lift bersama tidak dapat dikesampingkan, peristiwa ini konsisten dengan temuan wabah SARS Amoy Gardens di Hong Kong pada 2003," ujar Song Tang, seorang ilmuwan di Laboratorium Kunci Lingkungan dan Kesehatan Populasi CDC China yang ikut meneliti kasus ini.
Lidia Morawska, Direktur Laboratorium Internasional untuk Kualitas Udara dan Kesehatan di Universitas Teknologi Queensland Australia menyebut apartemen di gedung bertingkat dapat dihubungkan melalui sistem air limbah bersama. Ketika zat padat dan cairan turun dari jaringan, gas selokan terkadang naik melalui pipa jika tidak ada cukup air.
"Jika ada bau, itu berarti entah bagaimana udara telah diangkut ke tempat yang tidak seharusnya," kata Morawska.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang SARS-CoV-2 menyebar terutama melalui tetesan pernapasan, percikan air liur atau cairan dari hidung. Namun, sejak minggu-minggu pertama pandemi, para ilmuwan di China mengatakan virus SARS-CoV-2 yang menular dalam tinja pasien Covid-19 juga dapat berperan dalam penularan.
Sebuah studi pada Februari terhadap 73 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan virus corona di provinsi Guangdong menemukan lebih dari setengah dites positif virus di tinja mereka.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyiraman toilet dapat menghasilkan aerosol yang sarat kuman dari kotoran. Para ilmuwan CDC China menerangkan partikel-partikel tersebut dapat tetap berada di udara untuk waktu yang lama dan tersebar pada jarak lebih dari 1 meter (3 kaki), terutama di ruang terbatas dan berventilasi buruk.
Menurut Malik Peiris, ketua virologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong, aerosolisasi tinja terjadi dengan SARS, dan mungkin jarang terjadi dengan SARS-CoV-2, tergantung pada sistem pembuangan limbah. "Studi CDC China menemukan jejak virus, yang tidak sama dengan virus menular. Tapi kita harus mengingat kemungkinan itu," imbaunya.
Sementara itu, penelitian menunjukkan dalam kasus Taman Amoy, udara hangat dan lembab dari kamar mandi pasien SARS yang mengeluarkan virus dalam konsentrasi sangat tinggi dalam tinja dan urin membentuk gumpalan di saluran udara yang menyebarkan virus di udara ke apartemen lain.
Toilet yang menjadi kebutuhan sehari-hari dapat meningkatkan penularan aerosol yang berasal dari tinja jika digunakan secara tidak benar, terutama di rumah sakit. Para peneliti CDC China mengutip simulasi dinamika fluida yang menunjukkan pengangkutan partikel aerosol virus ke atas secara masif selama pembilasan, kemudian menyebabkan penyebaran virus dalam skala besar di dalam ruangan.
"Studi ini menemukan kemungkinan yang tinggi untuk penularan melalui udara dan menguraikan bukti dengan sangat rinci," kata Raina MacIntyre, profesor biosekuriti global di Universitas New South Wales di Sydney.
Toilet bersama terlibat dalam infeksi SARS-CoV-2 yang kemungkinan terjadi pada penerbangan evakuasi dari Milan ke Korea Selatan pada akhir Maret, kata para peneliti dalam sebuah laporan di jurnal Emerging Infectious Diseases Pusat Pengendalian dan Pencegahan A.S.
Bukan hanya toilet dalam apartemen, toilet di pesawat juga diprediksi berpotensi menularkan Covid-19. Beberapa waktu lalu, zeorang wanita berusia 28 tahun mengembangkan gejala Covid-19 sekitar seminggu setelah penerbangan, di mana dia mengenakan masker respirator N95, kecuali saat dia menggunakan toilet.
Toilet digunakan bersama oleh penumpang lain, termasuk satu yang duduk tiga baris jauhnya dan ternyata terinfeksi Covid-19 tetapi tidak memiliki gejala. Karena prosedur pengendalian infeksi yang ketat dilaksanakan segera sebelum dan selama penerbangan, penulis penelitian menyimpulkan bahwa penjelasan yang paling masuk akal untuk infeksi adalah bahwa infeksi tersebut diperoleh melalui kontak tidak langsung dengan penumpang tanpa gejala saat menggunakan toilet dalam pesawat.
Investigasi sebelumnya mengonfirmasi bahwa materi genetik SARS-CoV-2 ditemukan di toilet yang digunakan oleh pasien Covid-19, di udara di ruang perawat rumah sakit, di ventilasi saluran udara, dan beberapa situs lainnya. Sejauh mana bulu aerosol tinja menginfeksi orang dengan virus SARS-CoV-2 tidak diketahui, kata Morawska di Queensland.
“Ada banyak situasi di mana hal-hal terjadi dan sangat tidak biasa,” singgung Morawska.