Para peneliti di dunia tengah berlomba untuk menciptakan vaksin virus corona (Covid-19) yang efektif./Euronews
Health

Sempat Tertunda, Kapan Vaksin Virus Corona Oxford akan Siap Digunakan?

Syaiful Millah
Senin, 14 September 2020 - 15:28
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah kondisi pandemi yang belum juga mereda, ilmuwan dan tim medis di seluruh dunia terus berlomba untuk mengembangkan vaksin virus corona baru atau Covid-19. World Health Organization (WHO) mencatat setidaknya ada 170 calon vaksin yang kini sedang dikembangkan.

Vaksin biasanya membutuhkan pengujian, uji klinis, dan studi bertahun-tahun sebelum dirilis ke publik. Akan tetapi karena virus corona terus meningkat dan berdampak pada kehidupan dunia, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan vaksin dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan.

Salah satunya adalah vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, yang awalnya ditargetkan siap pada November. Sayangnya, pekan lalu upaya uji klinisnya ditunda karena adanya gejala kelainan tulang belakang yang langka pada pasien uji coba.

Dengan uji coba yang sekarang sudah dilanjutkan kembali, Oxford masih menyatakan bahwa diperkirakan beberapa peserta akan menjadi tidak sehat dalam uji coba skala besar. Lantas pertanyaan besarnya, kapan vaksin akan siap digunakan?

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock pada awal bulan ini mengatakan bahwa dia yakin vaksin Oxford kemungkinan siap pada awal tahun depan atau pada 2021. Dia menyebut skenario terbaiknya adalah vaksin siap pad akhir tahun ini tapi akan tersedia secara luas pada tahun berikutnya.

Sebagai informasi, uji coba vaksin Oxford dianggap sebagai salah satu yang paling maju di seluruh dunia. Saat ini sedang dikerjakan oleh tim Oxford bersama AstraZeneca di sejumlah negara mulai dari Inggris, Brasil, Afrika Selatan, hingga beberapa negara di Asia.

Namun demikian, uji coba ini bukan satu-satu vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan dan dalam tahapan lanjutan. Dua vaksin lainnya juga dalam pengujian tahap akhir, dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat yakni Moderna dan Pfizer.

Laporan BBC Radio 4’s Today menyatakan bahwa pemerintah telah mendapatkan persetujuan untuk 30 juta dosis vaksin oleh BioNTech dan Pfizer. Kesepakatan lebih lebih lanjut untuk 60 juta dosis vaksin sedang dikembangkan oleh perusahaan asal Prancis bernama Valneva.

Selain itu, Rusia juga telah mengerahkan vaksin buatannya sendiri yang mendapatkan tanggapan kontroversial dari beberapa pihak, karena melewatkan aturan dan regulasi umum yang biasanya melekat pada pengembangan vaksin, bahkan dalam kondisi pandemi.

Rusia mengklaim hasil dari dua uji coba fase awalnya menggembirakan. Penemuan yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet juga menunjukkan ada respons antibodi pada semua partisipan dalam waktu 21 hari setelah mereka diberi suntikan.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro