Bisnis.com, JAKARTA – Dua vaksin virus corona yang dikembangkan oleh perusahaan obat negara China sedang dinilai untuk mendapatkan persetujuan bersyarat, yang akan memperbolehkan pemberian kepada masyarakat umum.
Wakil Presiden China National Biotech Group (CNBG) Zhang Yuntao mengatakan bahwa vaksin dua dosisnya sedang ditinjau untuk persetujuan bersyarat dari regulator obat negara. Jika mendapat lampu hijau, vaksin akan tersedia dengan harga 600 Yuan atau sekitar Rp1,3 juta untuk dua dosis.
“Saya yakin vaksin kemungkinan besar akan diluncurkan pada akhir tahun ini, tetapi masih belum ada kepastian. Jika vaksin disetujui maka akan bersyarat dan bertujuan untuk imunisasi universal,” katanya seperti dikutip SCMP, Selasa (22/9/2020).
National Medical Products Administration dapat memberikan persetujuan bersyarat untuk obat yang belum menyelesaikan uji klinis tetapi hasil awalnya menunjukkan kemungkinan manfaat klinis. Obat tersebut masih perlu menyelesaikan uji coba dan menyelesaikan proses untuk persetujuan penuh.
“Kita perlu memeriksa efek samping dalam jangka panjang, terutama jika ada kejadian buruk yang serius saat terkena virus. Kami hanya akan mendapatkan persetujuan penuh setelah menyelesaikan pengamatan berkelanjutan dalam uji coba fase tiga,” imbuh Zhang.
Dia melanjutkan bahwa perusahaan berharap untuk memulai vaksinasi dengan populasi pekerja umum, terutama pekerja seperti kurir yang berhubungan dengan banyak orang. Setelahnya, seluruh populasi akan divaksinasi dalam 2 atau 3 tahun ke depan.
Sementara itu, CNBG saat ini sedang menguji dua vaksin tidak aktifnya di hampir 10 negara di luar China, termasuk beberapa di antaranya adalah Brasil dan Uni Emirat Arab yang memiliki lonjakan kasus infeksi tinggi.
Vaksin sedang diuji pada sekitar 40.000 sukarelawan untuk menetapkan keamanan dan kemanjuran para kandidat yang lebih luas, dengan yang terakhir ditentukan melalui perbandingan jumlah kasus virus corona dalam kelompok yang diinokulasi dengan mereka yang berada dalam kelompok plasebo.
"Uji klinis kami harus mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) dan diselesaikan sesuai dengan praktik internasional," kata Zhang.
CNBG juga dilaporkan telah membangun dua pabrik biosafety level-tiga untuk dapat memproduksi lebih banyak vaksin tidak aktif buatannya. Dilaporkan bahwa pabrik barunya akan berada di Beijing dan di pusat kota Wuhan.
Fasilitas tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan lebih dari tiga kali lipat kapasitas tahunannya dari hampir 300 juta dosis menjadi 1 miliar ketika pabrik selesai dibangun pada awal tahun depan.
Sebagai informasi, sejauh ini China telah menyetujui tiga vaksin yang tidak aktif - dua oleh CNBG dan satu lagi oleh Sinovac - untuk penggunaan darurat. Sekitar 350.000 orang di China, di mana penularan lokal telah dikendalikan, telah divaksinasi di bawah skema tersebut.
Zhang mengatakan orang-orang yang divaksinasi sebagian besar adalah kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan, orang-orang yang melakukan kontak dengan warga negara asing yang masuk, pekerja yang dipekerjakan di luar negeri oleh perusahaan milik negara dan beberapa diplomat.
Otoritas kesehatan China juga mengerjakan strategi inokulasi, mempertimbangkan rencana untuk kelompok usia yang berbeda, dan akan menggabungkan vaksin yang tidak aktif dengan yang lain. Zhang menyebut pertanyaan lain adalah apakah individu akan membayar untuk vaksin tersebut.
Dia mengatakan harga akan ditentukan oleh pasar, dan bisa jadi turun karena lebih banyak orang yang divaksinasi. Bulan lalu Liu Jingzhen, ketua Grup Farmasi Nasional China, perusahaan induk CNBG, mengatakan vaksin itu akan berharga sekitar 1.000 Yuan, meningkatkan kekhawatiran bahwa vaksin itu akan terlalu mahal bagi kebanyakan orang.