Bisnis.com, JAKARTA – Sekitar 156 negara telah bergabung dengan skema global yang dipimpin oleh World Health Organization (WHO) untuk distribusi vaksin yang adil dalam rangka melawan pandemi virus corona (Covid-19) di seluruh dunia.
Namun demikian, dua negara adidaya yakni Amerika Serikat dan China dilaporkan tidak mendaftar atau tidak mengikuti inisiasi tersebut. Pemerintahan Donald Trump telah mengamankan pasokan vaksin melalui kesepakatan bilateral, yang memicu tuduhan perilaku egois dan merugikan negara miskin.
Sementara itu, China juga tidak ada dalam daftar 64 negara kaya yang bergabung dengan inisiasi Covax, yang rencananya akan mendistribusikan sekitar 2 miliar dosis vaksin ke seluruh penjuru dunia pada akhir 2021 mendatang.
Dilansir dari SCMP, Selasa (22/9/2020) WHO dan Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI) menyebut skema tersebut akan mencakup sekitar dua per tiga dari populasi dunia. Ini dinyatakan dalam penandatanganan setelah batas waktu untuk komitmen yang mengikat berakhir.
Lusinan vaksin saat ini sedang dalam tahapan pengujian untuk virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 31 juta orang di seluruh dunia dan hampir membunuh atau memakan korban jiwa 1 juta orang.
“Covax akan memberikan pada dunia portofolio kandidat vaksin terbesar dan paling beragam. Ini bukan amal, ini untuk kepentingan terbaik setiap negara. Kita akan tenggelam atau berenang bersama... ini bukan hanya hal benar tapi adalah hal yang cerdas dilakukan,” kata General Director WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dengan beberapa negara kaya yang tidak terlibat dalam program Covax, rencana tersebut telah menghadapi tantangan besar untuk mendistribusikan vaksin secara adil ke seluruh negara di dunia, baik negara kaya dan negara miskin.
Aliansi vaksin mengatakan pihaknya berharap 28 negara kaya lainnya untuk bergabung dalam inisiatif ini dalam beberapa hari mendatang. Dilaporkan bahwa inisiatif telah menerima komitmen sebesar US$1,4 miliar untuk penelitian dan pengembangan vaksin.
Aliansi tersebut tidak mengatakan negara mana yang memberikan pendanaan. Sementara itu, Prancis dan Jerman mengatakan mereka akan mencari potensi peluru vaksin hanya melalui skema pengadaan bersama Eropa.
Adapun, saat ini ada lebih dari 150 vaksin potensial yang sedang dikembangkan dan diuji secara global. 38 vaksin potensial di antaranya kini tengah melakukan pengujian pada manusia.