Bisnis.com, JAKARTA - Ada yang menarik pada tampilan lama mesin pencari Google hari ini. Ya, google Doodle pada Selasa (22/9/2020) ternyata menampilkan seniman asli Betawi, Benyamin Sueb.
Karakter Benyamin ditampilkan berkumis, memakai kaos putih, kopiah hitam, dan sarung di lehernya bertengger di huruf "G" pada laman Google. Citra tersebut memang sangat erat dengan karakter Benyamin sehari-sehari semasa hidupnya.
Adapun, huruf "O" ditampilkan dengan gambar roll film jadul dan kompor minyak tanah. Dua elemen ini menggambarkan kiprah Bang Ben sebagai sineas dan salah satu lagu paling hits yang pernah dia ciptakan, "Kompor Meleduk".
Selain itu, pada huruf "G" ditampilkan alat musik khas Betawi Tanjidor dan huruf "L" dilukis ikon khas Betawi, yaitu Ondel-Ondel.
Benyamin Sueb merupakan sosok multi talenta. Dia dikenal sebagai aktor, sutradara, pelawak, penyiar radio, bahkan penyanyi. Pria yang lahir 5 Maret 1939 di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Selama hidupnya, Benyamin Sueb telah menelurkan 75 album musik dan membintangi 53 film. Beberapa film legendaris yang mengangkat nama Benyamin Sueb, yaitu Benyamin Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawi (1972), Benyamin Koboi Ngungsi (1975), Si Pitung Beraksi (1976), Betty Bencong Slebor (1978), Si Kabayan Saba Kota (1989).
Namun, generasi 90-an pasti mengenal Benyamin Sueb dalam serial televisi berjudul "Si Doel Anak Sekolahan". Dalam serial tersebut, Benyamin Sueb berperan sebagai Babe Sabeni, ayah dari Abdullah atau Doel yang dibintngi Rano Karno.
Serial Si Doel Anak Sekolahan menjadi booming karena menampilkan lika-liku kehidupan keluarga asli Betawi yang etap mempertahankan nilai budaya di tengah tekanan modernisasi di Jakarta.
Si Doel Anak Sekolahan tayang selama tujuh musim atau 162 episode. Sayangnya, Benyamin Sueb harus berhenti berperan sebagai Babe Sabeni setelah meninggal dunia akibat serangan jantung pada 5 September 1995. Tak hanya kru Si Doel Anak Sekolahan, penonton di seluruh Indonesia pun berduka kala itu.
Meski sudah wafat, karya-karya Benyamin Sueb tetap bisa dinikmati oleh generasi penerus. Lagu-lagu seperti "Kompor Meleduk", "Biang Kerok", "Di Sini Aje", "Apanya Dong", dan "Lampu Merah" masih terasa lucu dan menggelitik jika didengarkan kini.