Bagaimana keamanan dan kemanjuran vaksin China?
Wakil Presiden CNBG Zhang Yuntao belum lama ini menyebut bahwa jika vaksinnya disetujui oleh regulator obat negara, vaksin mereka akan dihargai sekitar 600 Yuan atau sekitar Rp1,3 juta. Angka ini turun dari perkiraan awal yang mencapai 1.000 yuan atau Rp2,1 juta.
Masih belum jelas apakah harga tersebut mengacu pada harga eceran atau grosir, tetapi angka itu masih merupakan yang tertinggi untuk calon vaksin. Raksasa farmasi lain yakni AstraZeneca dan Johnson & Johnson telah menetapkan harga yang lebih rendah untuk vaksin mereka.
Sejauh ini, harga termurah adalah kandidat vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford dan AstraZeneca, yang biayanya sekitar US$4 atau sekitar Rp59.000 bila dijual ke pemerintahan Amerika Serikat.
Negara lain yang memiliki kesepakatan untuk membeli vaksin dari AstraZeneca seperti Inggris, telah setuju untuk membeli 100 juta dosis vaksin dengan harga yang dirahasiakan. Adapun, pengembang lain seperti Moderna dan Pfizer mengatakan mereka tidak terlalu mengharapkan untung dari produk vaksin.
Pemerintah China akan menetapkan pedoman harga berdasarkan biaya dan dapat disesuaikan, dengan tujuan agar vaksin terjangkau bagi masyarakat. Ada perbedaan antara pendapatan perkotaan dan pedesaan.
Sementara itu, Direktur China Center for Diseases Control and Prevention (CDC) Gao Fu, mengatakan bahwa tidak semua orang di China perlu mendapatkan vaksinasi terhadap penyakit pandemi Covid-19. Artinya, belum ada rencana untuk vaksinasi secara menyeluruh.
Adapun, NHC mengatakan bahwa vaksinasi akan dimulai dengan kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terjangkit penyakit corona, termasuk agen-agen yang bekerja di perbatasan, pekerja medis, orang tua, wanita hamil, dan anak-anak.
