Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo, menyerukan agar Indonesia tidak terburu-buru meluncurkan vaksin, dengan alasan kekhawatiran publik tentang kehalalan vaksin.
Sebelumnya diindaikasi jika bahwa otorisasi vaksin darurat dapat diberikan paling cepat bulan depan.
Namun, Presiden mengisyaratkan pendekatan yang lebih hati-hati dan memperingatkan agar tidak tergesa-gesa dan memastikan kehalalannya.
"Saya minta vaksin ini tidak terburu-buru karena rumit sekali. Saya ingin memastikan ada persiapan yang baik. Soal komunikasi publik, terutama terkait halal dan haram, harga dan kualitasnya." kata Jokowi dikutip dari Strait Times.
Indonesia sebelumnya telah berjanji untuk memvaksinasi lebih dari 100 juta orang tahun depan, tetapi Jokowi mengatakan kemarin bahwa skala inokulasi di negara kepulauan berpenduduk 270 juta itu akan menjadi tantangan yang unik.
Kontroversi apakah vaksin halal memang menjadi hal yang ada di Indonesia sejak lama.
Indonesia sendiri telah membuat kesepakatan untuk mendapatkan 50 juta dosis dari Sinovac China pada Maret tahun depan dan 100 juta dari AstraZeneca pada April mendatang, di samping kesepakatan lainnya.
Vaksin dari Sinovac serta Sinopharm China dan CanSino Biologics untuk 9,1 juta orang akan tersedia tahun ini, dengan prioritas tenaga kesehatan, kata Dr Achmad Yurianto, pejabat senior Kementerian Kesehatan.
Ketergesaan Indonesia untuk mengamankan pasokan vaksin yang belum terbukti telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli epidemiologi, beberapa di antaranya berpendapat bahwa seharusnya fokus pada pengujian dan pelacakan kontak sampai vaksin yang aman dan efektif tersedia.
"Banyak negara mengira vaksin akan menjadi peluru perak mereka untuk mengatasi pandemi," kata Dr Dicky Budiman, ahli epidemiologi Indonesia dari Universitas Griffith Australia. "Tapi, sayangnya, sejarah pandemi, literatur, tidak mendukung itu."