Bisnis.com, JAKARTA - Kopi menjadi salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Rasanya yang nikmat dan tentu aromanya yang menenangkan membuat minuman ini digemari banyak kalangan.
Namun efek minum kopi menjadi pertanyaan bagi mereka yang menderita penyakit kronis seperti diabetes. Apakah berdampak baik atau justru buruk bagi penderita diabetes masih menjadi kontroversi.
Akan tetapi, melansir Boldsky, Senin (16/11/2020), menurut sebuah penelitian, minum sekitar 3-4 cangkir kopi sehari dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 hingga sekitar 25 persen, dibandingkan dengan orang yang tidak minum atau minum kurang dari dua cangkir sehari. Selain itu, orang yang telah meningkatkan konsumsi kopi sebanyak satu cangkir telah menunjukkan penurunan 11 persen pada risiko diabetes tipe 2 dalam empat tahun, sementara orang yang telah menguranginya sebanyak satu cangkir menunjukkan peningkatan risiko kondisi tersebut sebesar 17 persen dalam empat tahun.
Penurunan kejadian diabetes berlaku untuk kopi berkafein dan tanpa kafein, hanya dengan sedikit perbedaan dalam persentase penurunan.
Kopi mengandung prinsip polifenol yang disebut asam klorogenat (CGA) yang memiliki aktivitas antioksidan yang efektif. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa asam klorogenat menstimulasi pengangkutan glukosa dalam otot rangka dengan mengaktifkan 5 'AMP-activated protein kinase, suatu enzim yang membantu mengatur kolesterol, karbohidrat dan asam lemak untuk fungsi dan pertumbuhan sel.
CGA dalam kopi meningkatkan produksi incretins, sekelompok hormon yang cenderung menurunkan kadar glukosa dalam tubuh. Selain itu, membantu mempertahankan homeostasis glukosa di hati, yang merupakan organ penting dalam penyimpanan glukosa.
Lantas bagaimana pengaruh kopi pada sensitivitas insulin? Peradangan kronis adalah penyebab utama diabetes dan resistensi insulin. Dalam banyak penelitian observasional, konsumsi kopi dikaitkan dengan sekresi penanda anti-inflamasi tingkat tinggi yang cenderung menurunkan efek peradangan dan dengan demikian, dapat menurunkan risiko diabetes dan resistensi insulin.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan resistensi insulin adalah efek antioksidannya yang sangat bergantung pada tingkat pemanggangan (untuk rasa, warna dan aroma kopi) dan aktivasi reseptor estrogen.
Kopi mengandung banyak senyawa fenolik dan non-fenolik seperti CGA, cafestol dan kahweol yang bertanggung jawab atas efek antioksidan kopi. Semua khasiat kopi ini membantu dalam penyerapan glukosa, manajemen homeostasis glukosa, dan sensitivitas insulin yang menjelaskan mengapa kopi diketahui dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Kendati demikian tentu, ada efek lain yang bisa ditimbulkan jika mengonsumsi kopi secara berlebihan. Ini dapat menyebabkan peningkatan detak jantung. Namun, beberapa penelitian juga menyimpulkan bahwa tidak ada manfaat tambahan yang ditemukan pada pasien yang membatasi asupan kopi. Selain itu, kasus peningkatan detak jantung pada masyarakat hanya ditemukan sekitar 7 persen individu paruh baya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah asupan kopi.
Oleh karena itu, menyalahkan kopi hanya untuk risiko kematian terkait jantung tidak benar karena faktor lain seperti merokok, usia dan kadar kolesterol tinggi juga dapat berkontribusi pada kondisi tersebut.
Paparan berulang terhadap kafein atau konsumsi kopi tinggi juga diketahui meningkatkan risiko sulit tidur, sakit kepala kronis, lahir mati (lebih dari 8 cangkir kopi selama kehamilan) dan anemia (baik ibu maupun bayi) jika dikonsumsi oleh ibu hamil.