Ilustrasi Diabetes Melitus/Istimewa
Health

Kopi Sampai Nasi Goreng Berpotensi Bikin Diabetes

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Jumat, 13 November 2020 - 18:52
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah makanan kekinian yang tidak memiliki kejelasan informasi kadar gula harus diperhatikan agar tidak menyebabkan diabetes.

Misalnya saja, roti, kukis, kue, kopi kekinian, soda, makanan cepat saji, dan makanan tinggi kalori dan tinggi gula lainnya seringkali membuat kita lupa akan bahaya dari makanan tersebut bagi kesehatan. Salah satu dampak buruk dari konsumsi makanan tersebut adalah Diabetes.

Menurut Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Tangerang, dr. Yohan Samudra, SpGK, makanan atau minuman yang memicu diabetes adalah makanan yang berkalori tinggi dan makanan ini utamanya didapatkan pada karbohidrat yang mengandung gula sederhana.

Kelebihan konsumsi makanan jenis tersebut dapat meningkatkan kejadian obesitas yang akhirnya juga menjadi penyebab terjadinya diabetes.

Dia pun menambahkan makanan dan minuman ringan yang ada di pasaran selalu mengandung karbohidrat dan umumnya merupakan jenis karbohidrat sederhana.

Menurut suatu penelitian makanan added sugar di Indonesia pada tahun 2018, makanan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah makanan dengan bentuk gula murni, kue-kue basah, roti manis, kue kering, kopi dan teh, es krim, jus kemasan, sirup, permen, coklat, minuman berenergi (isotonic), minuman karbonasi, dan lain sebagainya.

Yohan pun menyatakan saat ini, sedang marak masyarakat mengonsumsi kopi kekinian. Pada dasarnya, kopi hitam mengandung nol kalori.

Namun, ketika kopi hitam dicampur gula aren, susu, bahkan krimer; maka kadar gula dan kalori pada segelas kopi dapat menjadi tinggi.

"Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kencing manis,” ujar Yohan, Jumat (13/11/2020).

Yohan menambahkan kebiasaan mengonsumsi teh berbagai rasa dengan toping, atau dikenal dengan boba, juga dapat meningkatkan risiko diabetes melitus jika tidak dibatasi.

"Vanilla syrup atau brown sugar yang ditambahkan ke dalam teh saja sudah cukup berbahaya dalam jangka panjang, apalagi ditambahkan berbagai macam pilihan toping seperti boba, jelly, dan puding manis,” ujarnya.

Hal yang sama berlaku untuk minuman kemasan dan soda berkarbonasi karena minuman tersebut mengandung kadar gula yang tinggi bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa.

Tak hanya itu saja, Yohan menegaskan makanan berkalori tinggi seperti nasi goreng, kwetiau, nasi uduk, atau nasi padang yang cenderung dimakan dalam porsi besar akan memicu terjadinya diabetes serta penyakit metabolik lainnya seperti dislipidemia dan hipertensi.

Selain itu, makanan cepat saji (fast food) seperti burger, french fries, pasta, dan hot dog termasuk ke dalam ultra processed food yang tinggi gula, tinggi garam, dan tinggi lemak jenuh.

Ketiga hal ini berperan dalam meningkatkan risiko obesitas dan sindrom metabolik termasuk diabetes.

“Kue dan roti juga dapat menyebabkan potensi diabetes. Campuran tepung, gula, krim, isian selai berbagai rasa, dan lapisan cokelatnya membuat kita jadi terus ingin mengonsumsinya. Tidak hanya tinggi gula, roti dan donat juga tinggi kalori,” sambungnya.

Masyarakat diminta perlu berhati-hati terhadap jajanan pasar seperti gorengan, risol, pastel, siomay, pempek, martabak, atau jenis jajanan pasar lainnya yang berbahan dasar tepung.

Jajanan pasar tersebut juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena diabetes. Bahkan, kata Yohan, cemilan kemasan berupa biskuit, wafer, atau krekers pada umumnya tinggi kalori dan tinggi gula. Beberapa kukis bahkan bisa mencapai 40 kkal dengan kandungan gula hingga 3 gram perbutirnyam

Sattu potong kue bisa mencapai 300 kkal. Sedangkan, satu keping kukis bisa mencapai sekitar 30-40 kkal. Roti dan donat bervariasi mulai 200 kkal hingga 350 kkal tergantung varian rasa. Rata-rata, soda dan minuman kemasan dapat mengandung 150 kkal dan takaran ini cukup besar untuk sebuah minuman yang tidak memberikan rasa kenyang sama sekali.

Kopi dan teh kekinian mengandung 200-380 kkal. Kalori jajanan pasar berada dikisaran 150 hingga 250 kkal. Sedangkan, kategori makan utama seperti cepat saji, nasi goreng, atau nasi padang memiliki kadar kalori mulai dari 500 hingga 900 kkal.

Kemudian, apakah masyarakat tetap diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman tersebut?

Menurut dr. Andi Faradilah, Sp.GK, Dokter Spesialis Gizi Primaya Hospital Makassar makanan dan minuman yang meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik disebut dengan ‘comfort food’ atau ‘recreational eating’ yang artinya dapat dikonsumsi secara terbatas dan bukan sesuatu yang rutin.

Comfort food hanya menempati 20 oersen dari total kebutuhan makan sehari, sementara 80 persen lainnya harus berasal dari ‘real food’ atau makanan yang bentuk aslinya masih terlihat, segar, dan dimasak dengan cara sehat.

Dia memerinci, masyarakat perlu memahami kadar minimal kalori dalam sebuah makanan atau minuman yang baik untuk dikonsumsi. Untuk minuman, sebaiknya masyarakat mengonsumsi minuman yang mengandung 0 kalori seperti air putih, kopi, dan teh tanpa gula, atau sekitar 100 kkal jika ditambah gula 1 sendok makan.

Untuk cemilan, sebaiknya asupan kalori yang dikonsumsi sekitar 150-200 kkal dan makanan utama di rentang 500-600 kkal.

Tentu saja, total asupan kalori setiap orang berbeda dan harus dihitung per individu, disesuaikan dengan tinggi badan, usia, aktivitas fisik, dan faktor stres masing-masing orang.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro