NCIG International memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia melihat potensi pasar rokok elektrik yang besar. /FOTO REUTERS
Health

Pengguna Rokok Elektrik Punya Antibodi Lebih Rendah Terhadap Virus

Syaiful Millah
Selasa, 17 November 2020 - 13:29
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti dari University of North California menemukan bahwa orang yang menggunakan rokok elektrik secara signifikan mengubah respons kekebalan terhadap virus influenza.

Sebagaimana diketahui, rokok elektrik sangat booming di Amerika Serikat dalam satu dekade terakhir bahkan ketika penggunaan rokok tradisional menurun. Peningkatan khususnya terjadi pada kalangan muda.

Oleh sebab itu, para peneliti memusatkan lebih banyak perhatian pada potensi risiko kesehatan dari rokok elektrik. Terutama, dengan adanya pandemi terkait pernapasan yang terjadi di seluruh dunia.

Meghan Rebuli, Asisten Profesor di Departemen Pediatri UNC mengatakan ada banyak pertanyaan tentang apakah penggunaan rokok elektrik dan rokok bermanfaat atau merusak dalam kaitannya dengan Covid-19.

Jika dibandingkan dengan bukan pengguna, orang yang menggunakan vape rokok elektrik menunjukkan lebih banyak perubahan pada gen kekebalan di sel pernapasan dan tingkat antibodi yang lebih tertekan.

Di banyak peserta penelitian, perubahan tersebut bahkan lebih terlihat di antara pengguna rokok elektrik ketimbang kalangan perokok. Temuan ini dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory Cell and Molecular Biology.

Rebuli mengatakan kendati penelitian difokuskan pada model flu, temuan menunjukkan bahwa pengguna rokok elektrik cenderung lebih rentan terhadap virus pernapasan seperti SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

"Penggunaan rokok elektrik tidak aman dan itu adalah pesan yang sangat penting. Anda mungkin tidak boleh menghirup segala jenis produk yang berhubungan dengan tembakau karena merusak respons kekebalan," katanya seperti dikutip Medical Xpress, Selasa (17/11).

Dia menambahkan seorang perokok atau pengguna vape harus sangat waspada untuk mengenakan alat pelindung diri karen mereka lebih rentan terhadap tanggapan yang merugikan terkait dengan virus corona baru.

Studi UNC membandingkan non-perokok, perokok dan pengguna e-rokok antara usia 18 dan 40 tahun. Para peneliti menginokulasi partisipan dengan virus influenza hidup yang dilemahkan.

Setelah membandingkan cairan hidung dan penanda lain dari pasien, para peneliti tidak menemukan bahwa viral load atau jumlah virus pada seseorang, berbeda di antara ketiga kelompok dalam penelitian.

Tetapi mereka menemukan penurunan ekspresi gen kekebalan yang penting untuk pertahanan melawan virus serta gen yang membantu melatih tubuh untuk mencegah infeksi ulang. Ilona dari UNC mengatakan bahwa hal itu tidak baik.

"Kami melihat ini meningkat selama infeksi. Ini cara alami tubuh untuk bertahan dari penyerang. Di sini kami melihat bahwa merokok dan penggunaan rokok elektrik menghambat tingkat (gen kekebalan)," katanya.

Rebuli mengatakan ini bisa menjadi berita yang mengkhawatirkan untuk efektivitas vaksin di antara populasi tersebut. Gen ini juga penting untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali virus yang pernah ditemuinya sebelumnya.

Dia menjelaskan bahwa tubuh manusia dapat mengenali virus dan menciptakan semacam memori kekebalan yang dapat mencegah dari infeksi berikutnya. Begitu pula lah cara kerja vaksin.

"Pertanyaannya di sini, jika ini adalah vaksin yang 90 persen efektif, apakah akan sama efektifnya pada pengguna e-cig atau apakah mereka akan mengalami masalah dalam membangkitkan memori kekebalan?," ujarnya.

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro