Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan pemerintah untuk menggratiskan vaksin Covid-19 Sinovac untuk masyarakat mendapat tanggapan positif dari epidemiolog. Namun ada sejumlah hal yang menjadi sorotan.
Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif mengatakan persoalan pertama adalah ketersediaan vaksin.
Dia menjelaskan saat ini kebutuhan dunia akan vaksin Covid-19 sebesar 4 miliar dosis. Sementara itu, tentu tidak mudah bagi pemerintah mengadakan vaksin untuk 260 juta penduduk Indonesia.
Kata Syarif, perlu dibuka peluang swasta yang juga ingin melakukan pengadaan vaksin. Lagi pula, di Indonesia ada 50 juta kelompok menengah. Kelompok ini ingin kepastian dan ketersediaan vaksin waktu yang cepat.
"Pemerintah harus menyadari pengadaan vaksin tidak mudah. Harus ada kelonggaran untuk pihak swasta mengadakan vaksin sendiri. Buka peluang masyarakat ingin mendapat vaksin cepat dan berbayar," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (16/12/2020).
Persoalan kedua yakni Presiden Joko Widodo yang bersedia menjadi orang pertama yang menerima vaksin. Syarif menilai hal tersebut baik dan akan membuat rasa aman kepada masyarakat.
Namun dia menyarankan sebaiknya menteri dan tokoh masyarakat juga dilibatkan. "Karena masyarakat ikuti idolanya masing-masing. Itu harus diperluas kepada tokoh masyarakat lainnya," imbuhnya.
Persoalan ketiga, yaitu kebijakan prioritas vaksin untuk usia 18-69 tahun. Syarif menilai kebijakan itu tidak tepat. Dia menegaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan juga CDC, menyarankan pemberian vaksin tahap awal diprioritaskan ke tenaga kesehatan dan lansia di atas 60 tahun.
"Seluruh dunia ambil kebijakan seperti itu. Masa Indonesia ngotot yang divaksin orang-orang sehat usia 18-59 tahun," heran Syarif.
Keempat, persoalan keterbukaan dan kejelasan mengenai hasil uji klinis vaksin Sinovac. Hingga saat ini tidak ada kejelasan dari pemerintah bagaimana hasil uji klinis tahap 3 yang dilakukan Sinovac, di sekolah negara seperti Indonesia, Brasil, Chili, dan Turki.
Syarif menerangkan, Brasil akan membuat pernyataan uji klinis pada 23 Desember mendatang. Negara tersebut juga akan mulai melakukan vaksinasi pada 25 Januari dengan kelompok sasaran tenaga kesehatan dan lansia di atas 60 sebagai prioritas.
"Kenapa sama-sama Sinovac, Indonesia punya kebijakan berbeda?" tukas Syarif.