Bisnis.com, JAKARTA - Jepang memutuskan akan memperluas penggunaan obat antiviral remdesivir bagi pasien Covid-19 gejala sedang, bukan hanya bagi pasien dengan gejala parah.
Kementerian Kesehatan Jepang memberikan persetujuan jalur cepat bagi obat tersebut untuk perawatan pasien virus corona bulan Mei lalu. Namun, pada dasarnya penggunaan obat itu terbatas bagi pasien yang menggunakan ventilator atau mesin ECMO.
Melansir Perusahaan Penyiaran Jepang (Nippon Hoso Kyokai) pada Senin (11/1/2021), Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan telah menerima data uji klinis tambahan dari produsen obat tersebut, dan telah memastikan efikasinya pada pasien-pasien di luar mereka yang termasuk dalam kategori paling parah.
Remdesivir kini akan tersedia bagi pasien dengan gejala sedang dan mengalami pneumonia. Namun, untuk sementara ini, karena keterbatasan pasokan di Jepang, obat itu hanya akan diberikan kepada institusi medis yang berencana menggunakannya bagi pasien sakit parah.
Perlu diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada November 2020 lalu tidak menganjurkan pemberian remdesivir bagi pasien virus corona yang dirawat inap. WHO menyatakan bahwa obat itu tidak berdampak banyak bagi kematian maupun masa perbaikan gejala klinis.
WHO mengatakan rekomendasinya didasarkan pada tinjauan bukti, yang mencakup data dari empat uji coba acak internasional dengan melibatkan lebih dari 7.000 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Setelah meninjau bukti, panel mengatakan, disimpulkan bahwa Remdesivir, yang harus diberikan secara intravena dan oleh karena itu mahal dan rumit untuk diberikan, tidak memiliki efek yang berarti pada tingkat kematian atau hasil penting lainnya bagi pasien.
Namun, Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan rekomendasi WHO itu tidak mempengaruhi penilaiannya atas obat tersebut. Perlu dicatat pula bahwa pedoman yang diberikan WHO sifatnya tak sepenuhnya mengikat.
Rekomendasi WHO itu, yang tidak mengikat, adalah bagian dari apa yang disebut proyek 'pedoman hidup', yang dirancang untuk menawarkan panduan bagi para dokter untuk membantu mereka membuat keputusan klinis tentang pasien dalam situasi yang dinamis seperti pandemi Covid-19. Panduan tersebut dapat diperbarui dan ditinjau kembali saat bukti dan informasi baru muncul.