Seorang petugas medis menangani pasien yang terduga terkena virus corona di Zhongnan Hospital of Wuhan University, Wuhan, China, Jumat (24/1/2020)./Antara
Health

Terbongkar, Ini Penyebab Virus Corona Lebih Banyak Menginfeksi Pria

Desyinta Nuraini
Rabu, 27 Januari 2021 - 12:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ahli imunobiologi Universitas Yale, Akiko Iwasaki berhasil menemukan alasan di balik lansia pria yang mendapat gejala buruk setelah terinfeksi virus corona. Hal ini didapatkan setelah mempelajari respons imun yang berbeda antara pria dan wanita terhadap Covid-19 dan bagaimana usia mempengaruhinya.

"Usia dan jenis kelamin adalah titik pertemuan perubahan imunologi," kata Iwasaki yang juga peneliti utama di Institut Kedokteran Howard Hughes, seperti dilansir dari Medical Xpress, Rabu (27/1/2021).

Dia menjelaskan ada pola ekspresi gen yang mengontrol tanggapan kekebalan bawaan terhadap infeksi virus, garis pertahanan pertama melawan patogen yang mulai menurun secara dramatis pada pria antara usia 62 dan 64 tahun. Pada wanita, tanggapan kekebalan ini dimulai menyusut sekitar enam tahun kemudian dalam hidup.

Pada April, labnya telah menyelesaikan penelitian yang merinci perbedaan molekuler spesifik dalam respons sistem kekebalan pria dan wanita, dan mengidentifikasi molekul mana yang menawarkan perlindungan dan mana yang terkait dengan hasil yang lebih buruk.

Selama setahun terakhir, Iwasaki dan rekan-rekannya dari seluruh dunia telah mengumpulkan banyak literatur penelitian yang mengungkapkan secara rinci faktor-faktor ini dan faktor lain yang membuat virus lebih mematikan bagi pria.

Dalam makalah yang diterbitkan di Journal Science beberapa hari lalu, Iwasaki dan rekan-rekannya mengatakan wanita memiliki dua kromosom X sementara pria hanya satu. Kromosom X penting karena kaya akan gen yang mengatur respons imun. Sementara salah satu dari kromosom X pada wanita dibungkam, dalam beberapa kasus gen kunci dari kedua kromosom X dapat mengaktifkan sistem kekebalan bawaan, sistem peringatan dini yang mendeteksi patogen.

Pada dasarnya, wanita memiliki penguatan sistem kekebalan yang dapat mereka aktifkan pada awal infeksi yang tidak dimiliki pria, dengan kromosom X tunggal mereka.

Penelitian juga menunjukkan hormon seks juga memainkan peran kunci dalam kerentanan terhadap hasil yang buruk. Pada tikus model infeksi SARS-CoV, kematian yang lebih tinggi pada tikus jantan diamati dan dikaitkan dengan peran protektif dari hormon seks wanita estrogen.

Kehadiran estrogen dapat membantu menekan ACE 2, reseptor di permukaan banyak sel yang digunakan oleh SARS-CoV-2 untuk memasuki sel. Sebaliknya, hormon androgen pria tampaknya meningkatkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel. Sebuah penelitian menemukan bahwa pria yang menjalani terapi kekurangan androgen untuk kanker prostat tampaknya kurang rentan terhadap infeksi virus Covid-19.

Selain itu, usia bertambah dan terkadang menyabotase respons imun pria terhadap infeksi Covid-19. Ketika pria berusia awal 60-an mulai kehilangan kemampuan mereka untuk meningkatkan respons kekebalan awal terhadap virus corona baru, seringkali ada juga reaksi berlebihan kompensasi oleh molekul sistem kekebalan lain yang dapat menyebabkan peradangan yang merusak.

Faktor peradangan ini dapat memicu apa yang disebut "badai sitokin" yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada paru-paru dan jaringan lain yang merupakan ciri khas kasus Covid-19 yang parah.

Kata Iwasaki mengungkap detail dari respon sistem kekebalan yang berbeda dari pria dan wanita akan menginformasikan pengembangan vaksin dan perawatan klinis yang lebih baik.

"Mudah-mudahan, vaksin akan mulai setara antara pria dan wanita dan mengurangi kematian bagi semua orang," tambahnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro