Proyek pembangunan apartemen di Jakarta./Bloomberg/Dimas Ardian
Relationship

Pilih Rumah atau Apartemen? Ini Pertimbangannya untuk Milenial

Dewi Andriani
Senin, 8 Februari 2021 - 19:45
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Memiliki tempat tinggal sendiri, tentu menjadi impian setiap orang, termasuk kaum millenial yang saat ini sudah berada dalam posisi mapan dan memiliki sejumlah penghasilan yang memadai.

Beberapa mungkin memilih untuk memiliki rumah pribadi tetapi kini tak sedikit yang lebih nyama untuk tinggal di apartemen.

Setiap orang tentu memiliki pilihan dan pertimbangannnya masing-masing saat akan memilih diantara dua tipe hunian ini, bergantung pada kebutuhan dan tujuan ketika memutuskan untuk membeli hunian tersebut.

David Zulkarnaen, salah seorang karyawan swasta memilih untuk membeli rumah dibandingkan dengan apartemen, alasan utamanya dari sisi investasi rumah lebih menguntungkan. Sebab, dengan membeli rumah maka dirinya juga akan mendapatkan sertifikat kepemilikan tanah dan sertifikat kepemilikan bangunan tanah yang disebut Sertifikat Hak Milik (SHM).

Berbeda dengan apartemen yang hanya memiliki Hak Guna Bangunan (HGB) dan harus diperbaharui dalam waktu 20 tahun atau 30 tahun. Apalagi lokasi yang dipilihnya saat ini sedang dalam proses berkembang sehingga diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan harganya akan jauh lebih tinggi dan bisa dipertimbangkan untuk dijual kembali.

“Saat ini kawasan tersebut sedang berkembang dan saya bisa beli dengan harga yang masih murah. Beberapa tahun ke depan harganya akan terus naik sehingga ini bisa jadi investasi jangka panjang. Lagipula kalau kita tunda beli rumah, lama-lama malah ngga bisa kebeli karena harganya kan naik terus,” tuturnya.

Selain itu, pria berusia 33 tahun ini memilih untuk membeli rumah karena lebih nyaman untuk ditempati bersama keluarga. Memang ukurannya cukup mungil tetapi sebagai rumah tumbuh yang memiliki lahan 72 meter persegi, maka rumah tersebut bisa terus diperluas.

David mengakui bahwa dari segi lokasi, kawasan perumahan yang dipilihnya terletak cukup jauh dari pusat kota atau tempatnya bekerja. Namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah sebab lokasinya terbilang dekat dengan akses transportasi kereta.

“Tips saya bagi yang ingin membeli rumah, perhatikan kredibilitas pengembang itu sangat penting karena akan berpengaruh juga dengan rumah sebagai investasi jangka panjang serta kelengkapan fasilitas yang akan disediakan di kawasan tersebut. Pertimbangkan juga lokasi, kalau bisa pilih yang dekat dengan akses transpotasi,” tutur ayah dari satu orang anak ini.

Sementara itu, Melisa yang juga seorang karyawan mengatakan bahwa dirinya memilih untuk membeli apartemen sebagai hunian pertama. Saat itu sekitar tahun 2017, wanita yang sering berbagi informasi di channel youtubenya Melisa Emeraldina ini membeli apartemen tipe studio di kawasan Tangerang Selatan.
Alasannya karena saat itu, Melisa masih tinggal di kos-kosan yang biaya sewanya per bulan sekitar Rp1,8 juta.

Kemudian dia berpikir untuk pindah ke kosan yang lebih murah. Sebagian penghasilannya lantas ditabung untuk kemudian dijadikan sebagai uang muka pembelian apartemen setelah dirinya bekerja selama 3 tahun.

“Waktu itu aku memang berpikir membeli apartemen, dan targetnya paling lama tinggal di apartemen itu 5 tahun, lalu harus bisa beli rumah tapak. Selanjutnya apartemen ini bisa dijadikan sebagai investasi untuk disewa atau dijual kembali,” ujarnya.

Menurutnya, kelebihan apartemen adalah harganya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan rumah tapak meski berada di lokasi yang sama. Umumnya, apartemen memiliki lokasi yang stategis dan dekat dengan pusat perkantoran sehingga lebih memudahkan dalam mobilitas dan bisa memangkas biaya transportasi.

“Kalau lokasi rumah tapak yang harganya terjangkau di kantong millenial itu biasanya jauh dari kawasan perkantoran dan bisa menghabiskan waktu 2 sampai 3 jam di perjalanan [pulang pergi]. Saat sampai di rumah dalam kondisi cape, ngga ada waktu untuk keluarga maka dalam kondisi begini apartemen bisa menjadi pilihan,” ujarya.

Selain itu, apartemen juga memiliki fasilitas yang sudah lengkap mulai dari kolam renang, taman, jogging track, dan fasilitas lainnya, termasuk keamanan 24 jam dan ATM center atau minimarket di bagian bawah yang mendukung gaya hidup kaum millenial.

“Jika suatu saat bosan tinggal di apartemen dan mau pindah ke rumah tapak, kita bisa sewa apartemennya. Apalagi sekarang banyak aplikasi yang menyewakan kamar atau unit, dan gampang nyewainnya karena banyak orang yang mencari tempat tinggal yang strategis,” tuturnya.

Meski demikian, tentu saja ada beberapa hal minus apartemen dibandingkan dengan rumah tapak. Paling pertama adalah ruangnya yang terbatas. Melisa sendiri mengambil tipe studio, untuk itu dia harus pintar-pintar menata furniture agar sesuai dengan luas ruangan dan bisa dimaksimalkan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Aku memang nyediain bujet yang lebih besar untuk furniture supaya pas dengan ruangan yang minimalis,” ujarnya.
Selain itu, hal yang juga membuatnya kurang nyaman tinggal di apartemen adalah suara berisik ketika ada tetangga yang teriak-teriak atau memiliki anak bayi yang sering menangis, belum lagi saat ada yang merenovasi unit.

Kondisi itu menurutnya cukup mengganggu sebab jarak atau batasan antara satu unit dengan unit lainnya sangat rapat.

“Kalau begini memang lebih enak tinggal di rumah tapak karena lebih private,” tambahnya.

Lahan parkir yang terbatas sehingga kesulitan mencari tempat parkir, serta lift yang selalu penuh saat jam kerja atau jam pulang kerja juga dinilai menjadi nilai minus tinggal di apartemen. Belum lagi adanya berbagai biaya yang cukup besar untuk biaya perawatan (IPL), biaya parkir, dan biaya-biaya lainnya yang tidak ada ketika tinggal di rumah tapak.

Melisa sendiri mengaku kurang nyaman tinggal di apartemen saat dirinya sudah berkeluarga. Untuk itulah pada 2019 ketika telah menikah, dia membeli hunian berupa rumah tapak dengan ukuran 42 meter persegi di kawasan Tangerang Selatan.

“Rumahku juga memang cukup mungil, maka untuk penataan ruangannya juga ekstra hati-hati agar ruangan ngga keliatan penuh dan ngga berantakan,” ujarnya.

Untuk itu, Melisa memilih membeli furniture yang bisa dicustom sehingga bisa pas dengan ukuran dan bahan material yang diinginkan. Selain itu, untuk warnanya pun bisa disesuaikan dengan nuansa rumah sehingga lebih senada dan juga rapi.

Menurutnya, membeli furniture secara custom tidak selalu lebih mahal dibandingkan dengan furniture yang sudah jadi. Apalagi saat ini sudah banyak pilihan furniture custom yang bisa dibeli melalui e-commerce.

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro