Bisnis.com, JAKARTA - Perempuan memiliki potensi dalam memajukan bangsa Indonesia. Namun ketimpangan antara laki-laki dan perempuan masih sangat besar.
Founder Institute of Social Economic Digital (ISED) Sri Adiningsih mengatakan potensi perempuan di era digital sangat besar, dan perempuan sudah tidak takut dengan perkembangan digital. Peran perempuan Indonesia dalam perkembangan transformasi luar biasa.
"Buktinya, ada founder dari startup dari kalangan perempuan,” katanya dalam webinar dengan tema Potensi dan Peran Perempuan di Era Digital yang diselenggarakan ISED dalam rangka Hari Kartini, Kamis (22/4/2021).
Baca Juga Dusdusan Terbitkan 21 Inspirasi Kartini |
---|
Menurut Sri, perempuan Indonesia maju dan berkembang luar biasa berkat perjuangan Kartini. Katanya, perempuan Indonesia hadir dan eksis di semua aspek kehidupan sejak kemerdekaan, juga dalam era digital.
Bagi Sri, peran perempuan Indonesia dalam pembangunan bangsa tidak diragukan lagi hingga sekarang. Era digital, lanjutnya, tidak membuat perempuan Indonesia surut dlm membangun bangsa dan negara. Dikatakan, perempuan Indonesia berada di barisan depan dalam pembangunan bangsa di era digital meski tekanan pandemi mesti dihadapi.
“Potensi dan peran perempuan di era digital tetap penting dan strategis dalam kemajuan bangsa. Perempuan Indonesia siap dalam transformasi digital di Indonesia. Terbukti banyak tokoh perempuan yang menjadi founder startups teknologi, bos dan founder e-commerce, founder dan aktif dalam pelatihan teknologi digital dan banyak lagi lainnya yang sukses di era digital,” ungkapnya.
Dalam perjalanannya memang peranan perempuan memiliki tantangan yang berat. Mulai dari adanya ketimpangan dalam kualitas SDM, digital literasi dan pemanfaatan digitalisasi antargender dan daerah. Namun perempuan memiliki potensi dan peranan strategis di era digital perlu.
“Ini perlu didukung dan fasilitasi agar potensi dan peran perempuan dalam pembangunan Indonesia semakin besar,” tambahnya.
Hal senada diungkapkan Direktur eksekutif ISED Julie Trisnadewani. Menurutnya, perempuan adalah pengguna media digital yang cukup aktif. Banyak hal positif yang telah ditorehkan, juga kemajuan dan kesejahteraan yang didapat banyak perempuan di berbagai bidang melalui digitalisasi.
“Namun demikian perlu diperhatikan juga dampak negatif yang tak bisa terelakkan dari kemajuan digitalisasi. Penyalahgunaan media sosial, penyebaran hoaks, konten-konten yang tidak terkontrol dan merugikan kaum perempuan perlu diantisipasi dengan meningkatkan literasi pemanfaatan media digital, termasuk pula literasi terhadap keamanan digital,” katanya.
Oleh karena itu, perlu adanya sinergi para pihak untuk penguatan literasi digital dari segi pemanfaatannya secara bijak, literasi mengenai kesadaran hukum terhadap perundang-undangan yang berlaku, hingga pelatihan-pelatihan pemanfaatan media digital, terutama untuk pemberdayaan perempuan dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
“Kemajuan bangsa Indonesia menuju masyarakat maju dan sejahtera di era digital tergantung kepada keberhasilan transformasi digital perempuan Indonesia, yang jumlahnya separuh dari penduduk Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati menuturkan Kartini menjadi advokat bagi emansipasi perempuan memandang perempuan sebagai harta yang berharga bagi bangsa dan negara. Namun, masih ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan.
“PR kita hari ini bukan hanya untuk menutup lubang ketidaksetaraan yang ada tetapi juga berpikir dua sampai tiga langkah lebh maju dan memastikan perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan,” jelasnya.
Diakuinya, meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam dunia digital bukan hal mudah. Menurut dia, ada sejumlah kendala yang dihadapi mulai dari keterbatasan akses perempuan terhadap teknologi informasi problematika, kemandirian secara ekonomi dan kerentanan perempuan.
“Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam dunia digital bukan hal yang mudah, terbatasnya akses perempuan terhadap teknologi informasi problematika kemandirian secara ekonomi dan kerentanan perempuan merupakan masalah yang kompleks,” pungkasnya.