Virus Corona penyebab sindrom pernapasan MERS/bbc.co.uk
Health

Gawat, Unta Jadi Sumber Mutasi Mers-CoV ? Ini Kata Ahli

Ni Luh Anggela
Rabu, 9 Juni 2021 - 17:29
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Kabar tidak sedap lain datang dari tim peneliti internasional. Mereka baru saja menemukan ancaman kesehatan baru yaitu sindrom pernapasan Timur Tengah atau Mers-CoV.

Temuan tersebut menambah daftar mutasi dari menjadi ancaman Covid-19 yang serius.

Melansir dari medicalxpress, Rabu (9/6/2021) dalam makalah yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, kelompok tersebut menjelaskan studi mereka tentang berbagai varian virus.

Mers-CoV pertama kali diamati pada 2012 di Arab Saudi. Pengujian virus menunjukkan virus itu sangat mematikan. Bahkan, mereka menyatakan sekitar 40 persen pasien meninggal karena infeksi mereka.

Para peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar infeksi berasal dari hewan unta yang terinfeksi. Mereka juga menemukan beberapa bukti bahwa unta telah terinfeksi oleh kelelawar yang terinfeksi.

Meski mengkhawatirkan, wabah Mers-CoV hanya mendapat sedikit perhatian karena tampaknya tidak menular antar manusia.

Sejak wabah awal ditemukan, para peneliti telah menemukan bahwa hingga 80 persen unta yang telah diuji, dan 70 persen di antaranya unta yang tinggal di Afrika memiliki antibodi untuk Mers-CoV.

Melansir dari bbc.com, Rabu (9/6/2021) yang diterbitkan pada 26 Januari 2021, Infeksi itu adalah sindrom pernapasan Timur Tengah atau Mers.

Itu merupakan virus Covid-19 baru yang sejauh ini terbukti setidaknya 10 kali lebih mematikan daripada Covid-19. Mers ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. Pada 2016, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi 1.761 kasus infeksi Mers-CoV yang dikonfirmasi laboratorium, termasuk setidaknya 629 kematian terkait.

Namun, yang masih jadi misteri mengenai virus ini adalah mengapa lebih banyak orang Afrika yang belum terinfeksi, mengingat jumlah unta tersebut dari benua Afrika.

Untuk mengetahuinya, para peneliti mengumpulkan sampel virus di berbagai tempat di Timur Tengah dan Afrika guna mencari variannya.

Mereka mengelompokkan orang-orang dari Afrika dan Timur Tengah ke dalam clades yang berbeda.

Selanjutnya, mereka membandingkan sampel secara genetik dan di bawah kondisi laboratorium menggunakan sel paru-paru manusia.

Mereka menemukan bahwa varian yang berasal dari clades Arab mudah menular ke manusia, sedangkan varian yang dikumpulkan di Afrika tidak.

Pengamatan yang lebih dekat menunjukkan perbedaan antara varian-varian tersebut berasal dari asam amino dalam protein S.

Itu adalah rekayasa genetika varian Afrika untuk memiliki asam amino yang sama. oleh karena itu, varian yang berasal dari Afrika lebih mudah menginfeksi sel manusia.

Para peneliti juga mengatakan bahwa varian dari sampel yang dikumpulkan di Timur Tengah belum bermutasi untuk menginfeksi manusia adalah karena perdagangan unta.

Mereka mencatat, jika perdagangan berbalik di beberapa titik atau hewan diperdagangkan ke Afrika, mutasi dapat muncul dan memicu pandemi yang mematikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro